BELITONGEKSPRES.COM - Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dari Universitas Indonesia, dr. Yahya Berkahanto Juwana, Sp. J. P, Subsp. K. I. (K), Ph.D, FIHA, menjelaskan bahwa pemasangan stent jantung atau ring tidak diperlukan untuk semua kasus penyakit jantung koroner. Menurut dr. Yahya, keputusan ini harus didasarkan pada kondisi klinis pasien, dengan terapi obat-obatan seringkali menjadi solusi yang cukup efektif untuk kasus yang stabil.
"Pemasangan stent tidak selalu diperlukan untuk semua penderita penyakit jantung koroner. Pasien dengan kondisi stabil mungkin hanya memerlukan pengobatan tanpa tindakan invasif," kata dr. Yahya dalam sebuah diskusi media di Jakarta, Rabu 19 Juni, sebagaimana dilaporkan oleh ANTARA.
Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi karena penumpukan plak atherosclerotic di dinding arteri, yang secara bertahap menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Jika plak ini pecah, bisa memicu pembentukan gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran darah sepenuhnya, meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan gangguan sirkulasi lainnya.
Menurut dr. Yahya, penanganan penyumbatan pembuluh darah harus disesuaikan dengan tingkat keparahan dan lokasi sumbatan. Pemasangan stent menjadi salah satu solusi efektif, namun ini hanya dilakukan jika terapi obat tidak lagi memberikan hasil yang memadai.
BACA JUGA:Minuman Alternatif Sehat Pengganti Kopi untuk Memulai Hari di Pagi Hari
BACA JUGA:Dokter Ingatkan Penderita GERD Harus Hati-hati Mengonsumsi Daging Kambing, Jangan Kebanyakan!
"Pemasangan stent adalah salah satu metode yang efektif untuk mengatasi penyumbatan pembuluh darah, namun tindakan ini dilakukan hanya jika terapi obat tidak cukup efektif," jelasnya.
Selain pengobatan medis, dr. Yahya juga menekankan pentingnya gaya hidup sehat dalam menangani dan mencegah penyakit jantung yang stabil atau kronis.
Gejala serangan jantung koroner dapat berupa nyeri dada yang terasa seperti ditusuk, terbakar, ditekan, atau diperas, serta sesak napas yang bisa menjalar ke perut, lengan, leher, atau rahang. Tingkat gejala ini bervariasi antara pasien satu dengan yang lainnya.
Penyakit Atherosclerotic Cardiovascular Disease (ASCVD) umumnya menyerang pria berusia di atas 45 tahun dan wanita di atas 55 tahun. Faktor risiko lainnya termasuk riwayat penyakit jantung dalam keluarga, merokok, konsumsi alkohol, diabetes, tekanan darah tinggi, stroke, gangguan ginjal, kolesterol tinggi, dan beberapa pengobatan kanker yang dapat memengaruhi pembuluh darah jantung.
BACA JUGA:Buah Jeruk dan Manfaatnya bagi Penderita Diabetes, Apakah Aman untuk Dikonsumsi? Simak Faktanya!
BACA JUGA:Buah-Buahan Kaya Vitamin C Selain Jeruk yang Wajib Kamu Coba
Dr. Yahya mengimbau bahwa jika terjadi serangan jantung koroner, sangat penting untuk segera mencari perawatan medis di rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pengobatan dan prosedur kateterisasi sesegera mungkin.
"Penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung untuk mendapatkan prosedur diagnostik yang diperlukan, serta menjalani gaya hidup sehat untuk mencegah progresivitas aterosklerosis," tutup dr. Yahya.