BELITONGEKSPRES.COM - Banyak orang mengira bahwa kenaikan berat badan adalah satu-satunya dampak dari pola makan tinggi gula dan lemak.
Namun, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa dalam 5 hari saja, diet tinggi kalori sudah bisa memengaruhi fungsi otak, bahkan sebelum ada perubahan signifikan pada berat badan.
Dilansir dari Medical Daily (8/3/2025), penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature menemukan bahwa konsumsi makanan tinggi gula dan lemak dalam waktu singkat bisa membuat otak seseorang berfungsi mirip dengan otak penderita obesitas.
Perubahan Otak Terjadi Sebelum Berat Badan Naik
Profesor Stephanie Kullmann, peneliti utama dalam studi ini, menjelaskan bahwa dampak dari diet tinggi kalori tidak hanya terlihat pada timbangan, tetapi juga pada sistem penghargaan di otak.
BACA JUGA:Diet Sehat: 7 Sayuran Super untuk Kecilkan Perut Secara Instan
"Data kami menunjukkan bahwa respons otak dan perilaku mirip dengan yang terjadi pada penderita obesitas. Bahkan, perubahan di otak terjadi sebelum seseorang mengalami kenaikan berat badan yang nyata," ujar Prof Kullmann kepada Telegraph.
Perubahan ini mempengaruhi sensitivitas penghargaan di otak, yang berarti seseorang bisa kehilangan kontrol terhadap rasa kenyang dan cenderung makan lebih banyak. Inilah alasan mengapa banyak orang sulit mengendalikan pola makan setelah terbiasa dengan makanan tinggi gula dan lemak.
Penelitian: Dampak Jangka Pendek dengan Efek Jangka Panjang
Penelitian ini melibatkan 18 pria muda sehat yang menjalani diet tinggi kalori dengan konsumsi makanan manis dan berlemak selama lima hari. Mereka dibandingkan dengan 11 pria lainnya yang tetap menjalani pola makan normal.
BACA JUGA: 6 Minuman Terbaik Setelah Makan: Rekomendasi Ahli Diet untuk Pencernaan Lancar
Partisipan dalam kelompok diet tinggi kalori mengonsumsi sekitar 1.200 kalori tambahan per hari dibandingkan dengan asupan biasa mereka.
Setelah lima hari, meskipun tidak terjadi kenaikan berat badan yang signifikan, hasil tes menunjukkan adanya perubahan substansial dalam fungsi otak mereka.
Salah satu perubahan utama yang diamati adalah peningkatan resistensi insulin di otak. Resistensi insulin yang lebih tinggi dapat berdampak buruk pada metabolisme dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan seperti diabetes tipe 2 dan obesitas dalam jangka panjang.
Efek yang Bertahan Lama, Meski Diet Berakhir
Hal yang lebih mengkhawatirkan, menurut para peneliti, adalah bahwa perubahan dalam otak berlangsung lebih lama dibandingkan durasi diet itu sendiri.
BACA JUGA:Manfaat Diet Ketogenik Bukan Hanya Efektif Turunkan Berat Badan, Juga untuk Kesehatan Reproduksi
Meskipun partisipan kembali ke pola makan normal, efek dari diet tinggi kalori tetap bertahan dalam sistem penghargaan otak mereka.