Dengan gaya ramah dan rapi layaknya pelayan profesional, Faiq menyapa dan melayani setiap pelanggan di kafe itu.
Setiap pelanggan yang datang, ia datangi dengan senyuman yang ramah, sambil menjelaskan setiap menu makanan dan minuman yang tersedia di tempat dia bekerja.
"Enak kerja di sini, mau jadi pelayan restoran. Senang dapat gaji, bisa dapat uang sendiri buat jalan-jalan ke Singapura," kata Faiq di sela-sela membersihkan meja yang baru saja ditinggal oleh pelanggan.
Faiq juga memiliki pola kerja yang sangat teratur dan tepat waktu. Bahkan dia tak pernah datang terlambat selama bekerja di Cafebilitas. Namun jika memang sudah waktunya untuk pulang kerja, Faiq tak bisa dinegosiasi lagi untuk melakukan hal-hal lainnya, atau mungkin diminta untuk lembur. Namun di balik keberhasilan dan kepercayaan diri dari setiap penyandang disabilitas dalam memulai pekerjaannya, mereka telah diberikan berbagai pelatihan khusus hingga akhirnya bisa bekerja dan melayani pelanggan yang datang ke kafe.
BACA JUGA:Generasi Z Jangan Memilih Pemimpin Hanya karena Jatuh Cinta
BACA JUGA:Mengoptimalkan Penemuan Sumber Gas Besar
Pelatihan tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan mereka, dan setiap penyandang disabilitas memiliki porsi dan pelatihan yang berbeda-beda.
Mulai dari penjelasan terkait alasan kenapa mereka harus bekerja, etika kerja yang baik seperti apa, hingga pelatihan hard skill dan soft skill bagi penyandang disabilitas. Melalui pelatihan tersebut secara tidak langsung adalah bertujuan untuk membangkitkan semangat serta mematahkan stigma masyarakat bahwa penyandang disabilitas hanya orang yang perlu dikasihani dan dilayani.
Melalui pelatihan kerja bagi penyandang disabilitas ini pun, mereka bisa diberdayakan, bisa meningkatkan kompetensi diri, serta meningkatkan kemampuan yang dimiliki mereka.
Selain itu, membuka peluang kerja bagi penyandang disabilitas, Cafebilitas juga menjadi salah satu sarana gerakan inklusivitas untuk saling memahami dan mengerti terhadap kaum disabilitas.
Jadi, untuk menciptakan lingkungan yang inklusi bukan hanya tentang penyandang disabilitas yang harus meningkatkan kompetensi, orang non-disabilitas pun harus meningkatkan kompetensi dalam memahami kaum disabilitas, salah satunya dengan memahami bahasa isyarat.
BACA JUGA:Menguatkan Nasionalisme di Kalangan kader Ulama
BACA JUGA:Membangun Komunitas Senasib Sepenanggungan Tujuan Diplomasi China
Untuk menggaet minat pengunjung ke kafe tersebut, Cafebilitas juga menyediakan sejumlah program menarik, seperti promo agro jamur, promo agro jamur-belajar bahasa isyarat, serta promo agro jamur-kelas memasak-belajar bahasa isyarat.
Harapannya dengan tersedianya belajar bahasa isyarat di kafe itu, juga dapat meningkatkan pengetahuan dan membuka peluang bagi pelanggan untuk bisa secara langsung berinteraksi dengan pekerja disabilitas.
Penyandang disabilitas juga mempunyai hak yang sama dengan para pekerja non-disabilitas, yang dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 28D ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.