BATAM - Terletak di tengah permukiman penduduk, tepatnya di Kampung Belian, Kota Batam, Kepulauan Riau, sebuah kafe yang mengusung konsep resto dan agro, hadir dan menjadi yang pertama di Kota Batam.
Dengan konsep arsitektur rustic modern, didukung dengan ruangan yang hampir secara keseluruhan bernuansa kayu, mulai dari furnitur meja, kursi, pipisi plafon, serta dinding palet, menambah kesan manis terhadap tempat ini.
Jika biasanya pengunjung kafe akan disambut dengan sapaan dari pelayan seperti "selamat datang di kafe kami" atau "silahkan, mau pesan apa?", namun sesuai dengan konsep awal sang empunya, pelayan di kafe ini menyambut dengan menggunakan bahasa isyarat.
Yap... pelayan yang bekerja di kafe ini merupakan penyandang disabilitas. Maka dari itu, kafe ini diberi nama "Cafebilitas".
Cafebilitas menjadi yang pertama di Provinsi Kepulauan Riau dan di Kota Batam yang mempekerjakan para penyandang disabilitas.
BACA JUGA:Langkah hijau SMI pacu pemanfaatan energi Matahari
BACA JUGA:Mengintip Peradaban Buddha Abad ke-7 dari KCBN Muaro Jambi
Muhammad Brillianson Hidayat, pria muda berusia 19 tahun ini menjadi salah seorang konseptor dalam mewujudkan ide cemerlang sebuah Cafebilitas dengan brand Istana Jamur.
Bian bercerita, keinginan membuka sebuah kafe dengan pekerja penyandang disabilitas telah lama dia dambakan, jauh sejak dirinya baru masuk di bangku sekolah menengah atas (SMA), tepatnya pada tahun 2018.
Keinginannya tersebut terpaksa tertunda karena pada tahun berikutnya penyebaran virus COVID-19 telah sampai ke Indonesia dan juga tempat tinggalnya, Kota Batam.
Menurut Bian, keterlibatan penyandang disabilitas dalam sebuah usaha menjadi gambaran bahwa mereka memiliki kapabilitas yang sama dengan orang non-disabilitas. Lebih dari itu dia yakin bahwa hal ini bisa menjadi solusi bagi para penyandang disabilitas yang terkadang masih dipandang sebelah mata oleh lingkungan sekitar.
Kini terdapat lima karyawan yang bekerja di Cafebilitas ini, terdiri seorang tim branding, marketing, dan komunikasi media sosial dengan penyandang disabilitas rungu (tuli), seorang barista dengan penyandang disabilitas rungu, seorang pelayan dengan penyandang disabilitas autisme, serta dua tutor pengajar bahasa isyarat. Selain itu juga ada beberapa pelajar sekolah luar biasa (SLB) yang bergabung di Cafebilitas untuk melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL), sekaligus melatih diri untuk siap terjun di dunia pekerjaan.
BACA JUGA:Kemeriahan Tahun Baru Imlek 2024 yang Kian Terasa
BACA JUGA:Kehadiran Negara Pada Persoalan Kesejahteraan Rakyat
Seiring berjalannya waktu, hal yang diharapkan oleh Bian membuahkan hasil yang sempurna. Seorang penyandang disabilitas autisme yang merupakan salah seorang pekerja di Cafebilitas, Faiq (24) terlihat sudah mahir dan sangat menikmati pekerjaan yang ditekuninya.