Diawali dengan dinaturalisasinya Jordi Amat, berturut-turut menyusul Sandy Walsh, Shayne Pattynama, Rafael Struick, Ivar Jenner, Justin Hubner, Jay Idzes, Nathan Tjoe-A-On, Ragnar Oratmangoen, Thon Haye, Maarten Paes, Calvin Verdonk, Jens Raven, Kevin Diks, dan Mees Hilgers mengganti kewarganegaraannya.
Dibantu oleh pemain-pemain diaspora yang terbiasa dengan kerasnya sepak bola papan atas Eropa, penampilan timnas mulai membaik. Meski demikian harus diingat, proses mendatangkan pemain-pemain diaspora itu tidak berlangsung dalam kurun waktu singkat dan hanya dalam satu gerbong.
BACA JUGA:Pemecatan Shin Tae-yong Jadi Pemberitaan di Media Korea Selatan
Dapat diambil contoh, pada Piala AFF 2020 yang diselenggarakan pada 2021 dan Piala AFF 2022, STY masih mengandalkan mayoritas pemain non-diaspora. Pada kedua turnamen itu tim Garuda terjegal di final dan semifinal.
Sedikit demi sedikit, dengan masuknya para pemain diaspora, STY semakin leluasa menerapkan taktik dan pola permainan yang diinginkannya. Timnas Indonesia kemudian dibawanya lolos ke putaran final Piala Asia 2023, setelah melalui perjalanan panjang di putaran kedua, putaran ketiga, dan putaran play off.
Pada putaran final Piala Asia 2023, dengan sokongan pemain-pemain seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, Elkan Baggott, dan Shayne Pattynama, Indonesia mampu lolos dari fase grup. Sayangnya pada 16 besar, tim Garuda harus mengakui keunggulan Australia yang menang dengan skor besar 4-0.
Hampir Lolos Olimpiade
Selain dengan sokongan para pemain diaspora, STY sebenarnya cukup baik dalam memaksimalkan para pemain binaan dalam negeri. Pada Piala Asia U-23 2024 yang berhadiah tiket Olimpiade Paris 2024 bagi tiga besar teratas, STY hanya menggunakan empat pemain diaspora. Saat itu tim Garuda Muda mampu dibawanya ke lolos fase grup, dengan catatan manis kemenangan 1-0 atas Australia dan kemenangan 4-1 atas Jordania.
Pada perempat final, STY secara mengejutkan mampu memimpin Indonesia mengalahkan negaranya sendiri, Korea Selatan, dengan kemenangan dramatis adu penalti 11-10. Sayangnya pada fase semifinal, langkah Indonesia tersandung Uzbekistan dengan 0-2.
BACA JUGA:Erick Thohir Ungkap Alasan Shin Tae-yong Dipecat Sebagai Pelatih Timnas
Pintu untuk menuju Olimpiade Paris masih terbuka lewat pertandingan perebutan peringkat ketiga. Sayangnya lagi-lagi Indonesia belum mampu keluar sebagai pemenang, setelah dihantam 2-1 oleh Irak.
Satu pintu lagi masih terbuka untuk tampil di Olimpiade melalui pertandingan playoff antar konfederasi melawan Guinea. Namun Dewi Fortuna lagi-lagi belum tersenyum kepada STY dan pasukannya, Indonesia ditundukkan wakil Afrika Guinea dengan kekalahan 0-1.
Akrab dengan Kritik
Saat masih menukangi timnas Korsel, STY pernah mendapat pengalaman pahit. Ketika pulang ke negaranya usai memimpin Korsel berlaga pada Piala Dunia 2018 di Rusia, STY dan para staf pelatih serta pemain Korsel justru mendapat cemoohan dan lemparan telur.
Setelah berlabuh di Indonesia, bukan berarti kritik tidak pernah menghampiri STY. Salah satu nama yang cukup populer bagi publik adalah pengamat sepak bola Tommy Welly yang kerap melontarkan kritik terhadap pria 54 tahun itu.
Beberapa hal yang kerap dikritik dari STY adalah kegagalannya membawa trofi bagi timnas Indonesia meski telah mendapatkan banyak pemain diaspora, taktik permainan yang dinilai sebagian orang monoton, pemilihan pemain inti yang tidak sesuai ekspektasi penonton, rumor perseteruannya dengan Elkan Baggott, sampai ketidakmampuannya berbahasa Inggris di depan umum.