Berpotensi Meletus, Lebih dari 100 Gunung Berapi Tersembunyi di Antartika Jadi Ancaman Global
Berpotensi Meletus, Lebih dari 100 Gunung Berapi Tersembunyi di Antartika Jadi Ancaman Global--(pixabay)
BELITONGEKSPRES.COM - Siapa sangka, di balik hamparan lapisan es membeku di Antartika tersembunyi gunung berapi yang berpotensi menjadi ancaman besar bagi dunia.
Penelitian terbaru mengungkap bahwa lebih dari 100 gunung berapi tersembunyi di bawah lapisan es Antartika berpotensi meletus, terutama akibat percepatan mencairnya es karena pemanasan global.
Gunung Berapi di Bawah Lapisan Es
Melansir dari Metro.co.uk, Kamis 9 Januari 2025, Antartika menyimpan sekitar 138 gunung berapi, dengan sebagian besar tersembunyi di bawah lapisan es setebal beberapa kilometer.
Puncak-puncaknya hanya sedikit yang terlihat, terutama di sepanjang pantai barat benua ini. Namun, dampak perubahan iklim yang semakin parah mempercepat pencairan es, yang dapat memicu aktivitas vulkanik di wilayah tersebut.
BACA JUGA:Riset Terbaru BRIN Potensi Gempa Megathrust Selat Sunda, Ini 13 Zona Berbahaya di Indonesia
Para peneliti dari Universitas Brown, Rhode Island, telah menggunakan simulasi komputer canggih untuk memahami bagaimana pencairan lapisan es memengaruhi tekanan di ruang magma bawah tanah.
Tekanan dari lapisan es yang beratnya mencapai 24 juta gigaton biasanya menstabilkan sistem vulkanik. Tapi ketika es mencair, tekanan tersebut berkurang, memungkinkan magma mengembang dan memicu letusan.
Risiko Letusan dan Dampaknya
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Geochemistry, Geophysics, Geosystems juga menunjukkan bahwa hilangnya es mempercepat pembentukan gelembung gas seperti karbon dioksida dan air terlarut.
Hal ini meningkatkan risiko letusan gunung berapi. Letusan ini, jika terjadi, dapat mempercepat pencairan lebih banyak es di Antartika, menciptakan efek domino yang berbahaya.
BACA JUGA:Waspada Megathrust Selat Sunda 2025, Potensi Tsunami Setinggi 20 Meter Ancam Sejumlah Daerah
Ancaman Global yang Nyata
Antartika menyimpan hingga 90% cadangan air tawar dunia. Namun, dengan kehilangan sekitar tiga triliun ton es antara 1992 dan 2017 (menurut data NASA), benua ini menjadi salah satu titik kritis perubahan iklim.