Perubahan Iklim Picu Cuaca Kering, BMKG: Perlu Langkah Mitigasi Iklim
Ilustrasi - Petani mencabut gulma di lahan sawah miliknya yang mengalami kekeringan di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (12/8/2024). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan sebanyak 51 persen zona musim di Indonesia telah me--
BELITONGEKSPRES.COM - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa perubahan iklim memengaruhi curah hujan di berbagai wilayah Indonesia, dengan kecenderungan cuaca menjadi lebih kering dalam beberapa tahun ke depan jika langkah mitigasi tidak segera dilakukan.
Koordinator Sub Bidang Informatif Gas Rumah Kaca BMKG, Alberth Nahas, menyatakan bahwa tanpa aksi mitigasi dan adaptasi, kondisi cuaca yang kering akan semakin parah. Berdasarkan berbagai skenario, wilayah Sumatera bagian utara dan tengah menunjukkan penurunan potensi curah hujan di hampir semua periode bulan.
"Jika kita tidak melakukan aksi mitigasi dan adaptasi, kondisi yang kering akan semakin kering, terutama di Sumatera utara dan tengah," kata Alberth dalam diskusi daring yang diadakan oleh Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) di Jakarta, Rabu.
Alberth menjelaskan bahwa berdasarkan permodelan iklim dengan skenario Representative Concentration Pathways (RCP) 8.5, tanpa mitigasi atau jika pola "business as usual" terus berlanjut, musim kering pada Juni, Juli, dan Agustus menunjukkan penurunan curah hujan kumulatif yang signifikan di sebagian besar wilayah Indonesia dibandingkan periode historis 1976-2005.
BACA JUGA:Jokowi Instruksikan Menhub Budi Karya Ubah Status Bandara Nusantara IKN dari VVIP ke Komersial
BACA JUGA:Presiden Jokowi Kunker ke Kalimantan Barat Sekaligus Uji Coba Bandara IKN
Penurunan curah hujan ini terutama terasa di Sulawesi, Jawa bagian selatan, dan Papua bagian selatan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa tanpa aksi mitigasi, wilayah tersebut akan semakin rentan terhadap penurunan curah hujan yang dapat berdampak pada ketersediaan air bersih dan sektor pertanian, khususnya lahan tadah hujan.
Selain itu, peningkatan suhu di Indonesia diproyeksikan akan terus terjadi jika tidak ada langkah mitigasi ambisius. Data BMKG dari periode 1951-2021 menunjukkan tren peningkatan suhu, dengan rata-rata kenaikan tertinggi sebesar 0,15 derajat Celcius, terutama di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatera bagian selatan, serta Jakarta dan sekitarnya.
Kondisi ini menjadi peringatan penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk segera mengambil tindakan mitigasi perubahan iklim guna mencegah dampak yang lebih buruk di masa depan. (ant)