SKK Migas Optimis Target Produksi Gas 12 MMSCFD pada 2030 Akan Tercapai

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto ditemui usai menghadiri Leaders Forum: Masa Depan Energi RI di Jakarta, Rabu (11/9/2024). ANTARA/Maria Cicilia Galuh--

BELITONGEKSPRES.COM - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yakin bahwa target produksi gas bumi mencapai 12 miliar kaki kubik per hari (MMSCFD) pada tahun 2030 akan dapat tercapai.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, menjelaskan bahwa keyakinan ini didorong oleh adanya beberapa proyek migas penting di Indonesia, seperti Geng North di Kalimantan Timur, Blok Masela di Maluku, dan Blok Andaman di Aceh.

"Setelah pandemi, eksplorasi gas kami menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kami menemukan cadangan gas yang signifikan, dan saat ini produksi gas kita berada pada tren yang meningkat, bukan menurun," kata Dwi di Jakarta, Rabu.

Dwi mengungkapkan bahwa Indonesia diperkirakan akan mengalami surplus produksi gas hingga 2030-2035, dengan pertumbuhan saat ini mencapai 20 persen. Untuk memastikan peningkatan produksi, perlu adanya pengembangan infrastruktur seperti pembangunan pipa Cirebon-Semarang (Cisem).

"Kami memiliki surplus gas di Jawa Timur sebesar 150 juta kaki kubik per hari, namun distribusinya terhambat karena jalur pipa Cirebon-Semarang yang belum tersambung. Begitu pula dengan Natuna, di mana terdapat surplus 100 juta kaki kubik per hari yang juga terhambat oleh potongan kecil pipa yang belum terpasang," jelas Dwi.

BACA JUGA:Kemenhub Selesaikan Uji Kelayakan Bandara Nusantara, Target Operasional pada Akhir Tahun

BACA JUGA:Menteri Teten Masduki Dorong Credit Scoring untuk Perluas Akses KUR bagi UMKM

SKK Migas telah merancang beberapa strategi untuk mencapai target produksi gas tersebut, termasuk strategi jangka pendek, menengah, dan panjang. Untuk jangka pendek, fokus utama adalah optimalisasi aset yang sudah ada dan mendorong eksplorasi untuk menemukan sumber migas baru.

"Tidak mungkin kita dapat meningkatkan produksi minyak tanpa penemuan baru yang signifikan, seperti Banyu Urip. Oleh karena itu, eksplorasi harus dilakukan secara intensif," tambah Dwi.

Dwi juga menekankan pentingnya percepatan produksi dari temuan-temuan baru serta implementasi Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk memaksimalkan pemulihan cadangan migas yang ada. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan