Hadapi 1 Juta Percobaan Serangan Siber Per Hari, Bank Mandiri Bentuk 'Satpam Digital'

Vice President Digital Retail Banking PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Harry Sofri Putranda dalam Media Briefing bertajuk “Penguatan BUMN Menuju Indonesia Emas” di Sarinah Jakarta, Kamis (19/09/2024). (BMRI)--

BELITONGEKSPRES.COM - PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menghadapi tantangan serius dalam menjaga keamanan infrastruktur digitalnya, dengan rata-rata satu juta percobaan serangan siber setiap harinya.

Mengantisipasi ancaman ini, Bank Mandiri telah membentuk tim khusus yang berfungsi sebagai ‘satpam digital,’ terdiri dari 200 anggota sejak tahun 2021. Tim ini berperan penting dalam memantau dan menanggulangi serangan siber secara proaktif. 

Harry Sofri Putranda, Vice President Digital Retail Banking Bank Mandiri, menyatakan bahwa investasi keamanan siber merupakan prioritas utama dengan alokasi anggaran sebesar 15 persen untuk teknologi informasi.

Strategi pengamanan ini, menurut Harry, diibaratkan seperti perlindungan rumah, yang dilengkapi dengan berbagai lapisan keamanan mulai dari satpam, pagar, anjing penjaga, CCTV, hingga sniper sebagai langkah pertahanan terakhir. 

BACA JUGA:Batasi Ruang Gerak, Aliansi Masyarakat Sipil Minta Kemenkes Hentikan Pembahasan RPMK Produk Tembakau

BACA JUGA:RPBN 2025 Disetujui: Banggar DPR Harap Anggaran Rp3.621 Triliun Bisa Memaksimalkan Kinerja Prabowo

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya investasi di sektor teknologi untuk menjaga kepercayaan nasabah dan keamanan sistem.

Selain itu, digitalisasi yang dilakukan Bank Mandiri telah memudahkan nasabah dalam mengakses layanan perbankan. Proses pembukaan rekening yang sebelumnya memakan waktu berhari-hari, kini dapat diselesaikan hanya dalam waktu 15 menit melalui aplikasi Livin’ by Mandiri, memberikan kemudahan dan efisiensi yang signifikan.

Di sisi lain, Fithra Faisal Hastiadi, Ekonom Senior dari Samuel Sekuritas, mengungkapkan bahwa digitalisasi perbankan memiliki dampak besar terhadap peningkatan produktivitas ekonomi. 

Ia mencatat kontribusi sektor perbankan digital saat ini mencapai Rp1.000 triliun, dan diproyeksikan akan meningkat menjadi Rp4.500 triliun pada tahun 2030. Namun, Fithra juga menyoroti pentingnya literasi keuangan di era digital ini, terutama dalam menghadapi fenomena pinjaman online (pinjol) yang kerap menjerat masyarakat.

BACA JUGA:Kemenkop UKM Dorong Usaha Mikro Tumbuh Mandiri Melalui Pelatihan Terstruktur

BACA JUGA:Percepat Transisi Energi, Menteri ESDM Akan Permudah Syarat Investasi EBT

Menurut Fithra, rendahnya literasi keuangan menjadi risiko utama dalam perkembangan perbankan digital. 

Ia menekankan bahwa penting bagi semua pihak untuk turut berperan dalam menciptakan masyarakat yang lebih paham teknologi digital dan literasi keuangan, agar dapat terhindar dari jebakan utang yang disebabkan oleh pinjol. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan