Hendrya Sylpana

BPS: Inflasi Agustus 2024 Tercatat 2,12 Persen, Deflasi Bulanan Dorong Stabilitas Harga

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini saat konferensi pers rlRilis BPS di Jakarta, Senin (2/9/2024) (ANTARA/HO-BPS)--

BELITONGEKSPRES.COM - Pada bulan Agustus 2024, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa inflasi tahunan Indonesia mencapai 2,12 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) berada di angka 106,06. 

Hal ini menunjukkan adanya sedikit penurunan dari inflasi bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,13 persen (year-on-year/yoy), serta lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencatat inflasi 3,27 persen.

Deputi Bidang Statistik Distribusi & Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyatakan bahwa inflasi ini terutama didorong oleh kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang mengalami inflasi sebesar 3,39 persen dan menyumbang 0,96 persen terhadap inflasi tahunan pada Agustus 2024. Kelompok ini menjadi pendorong utama kenaikan harga, mencerminkan pengaruh yang signifikan dari komoditas seperti beras, cabai rawit, dan kentang.

Selain itu, beberapa kelompok pengeluaran lainnya juga memberikan kontribusi terhadap inflasi bulan ini, seperti pakaian dan alas kaki, perumahan, air, listrik, bahan bakar rumah tangga, serta transportasi. 

BACA JUGA:Dorong Optimalisasi Tata Kelola Zakat, Baznas Gelar Rapat Kerja Nasional UPZ 2024

BACA JUGA:Kini Anak Usia 6 Tahun Bisa Gunakan Autogate Imigrasi

Masing-masing kelompok ini menyumbang inflasi yang bervariasi, dengan transportasi memberikan andil terbesar sebesar 0,18 persen.

Pudji juga menjelaskan bahwa inflasi terjadi pada semua komponen utama, dengan komponen inti mencatat inflasi tahunan sebesar 2,02 persen, didorong oleh komoditas seperti emas perhiasan, kopi bubuk, gula pasir, dan minyak goreng. 

Di sisi lain, komponen yang harganya diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 1,68 persen, terutama dipengaruhi oleh harga sigaret kretek mesin dan bensin.

Meski demikian, pada Agustus 2024, Indonesia juga mengalami deflasi secara bulanan sebesar 0,03 persen (month-to-month/mtm). 

Deflasi ini terutama disebabkan oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dengan bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras menjadi komoditas penyumbang utama. 

BACA JUGA:Rapat Tertutup Pansus Haji dengan PIHK Digelar, Libatkan LPSK untuk Perlindungan Saksi

BACA JUGA:Cegah Penyebaran MPox, Bandara Soetta Wajibkan Aplikasi SatuSehat bagi Penumpang Internasional

Bawang merah, misalnya, memberikan andil deflasi sebesar 0,08 persen, sementara daging ayam ras dan tomat masing-masing menyumbang 0,03 persen, dan telur ayam ras 0,02 persen.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan