Kementerian Agama Upayakan Tambahan Petugas Haji untuk Jemaah Indonesia
Menteri Agama Nasaruddin Umar menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan rapat koordinasi dengan Mensesneg dan Seskab di Istana Negara, Jakarta, Jumat (27/12/2024)-Muhammad Adimaja/nym-ANTARA FOTO
BELITONGEKSPRES.COM - Kementerian Agama (Kemenag) Indonesia terus berupaya menambah jumlah petugas haji melalui negosiasi dengan Pemerintah Arab Saudi. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, Hilman Latief, menyatakan harapannya agar negosiasi ini membuahkan hasil, terutama menjelang Haji 2025.
"Diharapkan kita bisa berhasil bernegosiasi mengenai penambahan jumlah petugas haji," ungkap Hilman dalam Rapat Dengar Pendapat yang diadakan oleh Panitia Kerja Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) di Komplek Parlemen, Jakarta, pada hari Kamis.
Hilman menegaskan pentingnya penambahan jumlah petugas haji, dengan menyebut bahwa idealnya, Indonesia memerlukan sekitar 4.200 petugas untuk melayani jamaah haji. "Namun, jumlah petugas saat ini masih jauh dari angka ideal tersebut," tambahnya.
Menteri Agama, Nasaruddin Umar, juga mengungkapkan komitmen Kemenag untuk meningkatkan kuota petugas haji dalam rapat dengan Komisi VIII DPR RI. Dia menjelaskan bahwa jumlah jamaah haji yang harus dilayani mencapai 221.000 orang, sehingga penambahan kuota sangat diperlukan.
BACA JUGA:Sidang Perdana Sengketa Pilkada Digelar 8 Januari, MK Terima 314 Permohonan
BACA JUGA:Jaksa Agung Gerah atas Vonis Ringan Harvey Moeis, Kejagung Selidiki Dugaan Suap 3 Hakim
"Kuota petugas haji yang ada saat ini belum mencukupi, mengingat banyaknya jamaah yang harus dilayani. Kami akan terus berupaya untuk mendapatkan tambahan kuota seperti tahun-tahun sebelumnya," jelas Nasaruddin.
Dia menekankan bahwa sebagian besar jamaah haji Indonesia adalah orang lanjut usia yang memerlukan pendampingan khusus selama menjalankan ibadah haji. Pendampingan dari petugas Indonesia dianggap lebih efektif karena mereka memiliki kemampuan berbahasa yang sama dan memahami riwayat kesehatan jamaah.
"Pendampingan yang paling tepat adalah dari petugas Indonesia, karena mereka mengerti bahasa dan juga tahu riwayat penyakit jamaah. Ini juga akan meringankan beban petugas Saudi Arabia," pungkas Nasaruddin. (ant)