Upaya Merawat Tanah Sebagai Ibu Kehidupan
Petani menyiapkan lahan tanam padi di salah satu wilayah Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta -Hery Sidik-Foto ANTARA
Hewan karnivora memang tidak makan langsung dari tanah, tetapi kehidupan mangsanya (herbivora) tergantung pada tumbuhan yang tumbuh di atas tanah. Pada konteks ini, tanah adalah fondasi dari semua rantai energi ini.
Setelah semua makhluk hidup tersebut mati, biomassa mereka kembali ke tanah dan didaur ulang oleh pengurai.
BACA JUGA:Era Baru, Guru Kembali ke Hulu
Dengan kata lain, tanah menjadi tempat kembalinya jasad mereka melalui proses penguraian oleh jamur dan bakteri. Tanah yang semula ‘menumbuhkan’ pada akhirnya ‘memeluk’ jasad makhluk hidup kembali.
Pengurai mengurai jasad menjadi nutrisi yang akan kembali menyuburkan tanaman. Tanah seperti cara ibu menjaga siklus kehidupan tetap berjalan dengan penuh kasih.
Manusia memiliki posisi unik pada rantai makanan. Manusia memang berada di puncak rantai makanan sebagai konsumen tingkat tinggi (top predator) karena manusia dapat mengonsumsi berbagai jenis makanan baik berupa tumbuhan maupun hewan.
Namun, peran manusia lebih kompleks dibandingkan makhluk hidup lain dalam ekosistem. Manusia juga dapat melakukan intervensi pada ekosistem karena dapat mempengaruhi, mengelola, bahkan memodifikasi rantai makanan itu sendiri.
Manusia tidak seperti hewan lain yang hanya mengikuti alur rantai makanan, tetapi manusia dapat mengelola dan memodifikasi rantai makanan melalui aktivitas, seperti 1) pertanian dengan menanam tumbuhan untuk makanan; 2) peternakan dan perikanan dengan membudidayakan ternak dan ikan untuk dikonsumsi; 3) intervensi teknologi dengan menciptakan cara baru untuk memproduksi makanan, seperti rekayasa genetika atau budidaya daging sintetis.
BACA JUGA:Melihat Layanan Pengaduan di OJK
Di sisi lain manusia juga dapat berperan sebaliknya sebagai pengganggu rantai makanan. Aktivitas manusia merusak ekosistem seperti perburuan besar-besaran, penangkapan ikan tak terkendali, pemupukan anorganik berlebihan, penggunaan pestisida secara sembrono, dan deforestasi tanpa reboisasi.
Manusia harus menyadari bahwa posisinya sebagai konsumen tingkat tinggi tidak hanya sebagai pemakan, tetapi juga penjaga ekosistem.
Pada konteks ini, menjaga ekosistem hanya dapat dilakukan dengan baik jika dilakukan dari hal paling mendasar yaitu merawat tanah sebagai asal seluruh makhluk hidup dan tempat kembali seluruh makhluk hidup.
Bahan organik
Pada konteks mendukung kehidupan manusia, penulis pada Jurnal Soil Security terbitan volume 16, pada September 2024, menawarkan definisi tanah yang sederhana dan mudah dipahami publik.
BACA JUGA:Polri dalam Arsitektur Negara Demokrasi Modern
Tanah merupakan mineral lepas atau bahan organik yang terdiri dari tiga fase padat, cair, dan gas, yang berada di permukaan bumi yang dihasilkan dari proses pelapukan melalui interaksi litosfer, atmosfer, hidrosfer, dan biosfer yang berfungsi sebagai habitat bagi mikroorganisme dan makroorganisme, tumbuhan, dan hewan, dan pada akhirnya mendukung kehidupan dan peradaban manusia.