Di Antara Gugus Batu Karang: Kisah Djoni Menuju Kursi Bupati Belitung

Kisah perjuangan H Djoni Alamsyah Hidayat menuju kursi Bupati Belitung -Ist-

Ketika partai mulai membuka rekrutmen calon, mayoritas pendaftar mengincar posisi Bakal Calon Wakil Bupati (Bacawabup), dengan jumlah hampir 30 orang. Sementara itu, pendaftar untuk posisi Bacabup hanya segelintir, tak sampai lima orang.

Namun, Djoni memilih langkah berbeda. Sesuai jadwal, ia justru berangkat menunaikan ibadah haji. Dalam kesibukan politik yang memuncak, ia lebih memilih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dengan penuh khusyuk, mengabaikan hiruk-pikuk pendaftaran Bacabup. Sikap fokus ini menjadi salah satu ciri khasnya, menunjukkan prioritas dan komitmen pada nilai-nilai spiritual.

Sebelum berangkat haji, Djoni telah memantapkan posisinya sebagai salah satu fungsionaris DPW Partai di tingkat provinsi. Partai tersebut tengah populer di Belitung. Di samping itu, ia terus menjalin komunikasi intensif dengan beberapa partai lain yang memiliki keselarasan visi dan misi dengannya, memastikan langkahnya tetap terarah dan penuh perhitungan.

Saat proses pendaftaran bakal calon (Bacalon) berlangsung, suasana di tengah masyarakat dan internal partai dipenuhi diskusi hangat. Pro-kontra bermunculan, termasuk di tubuh partai tempat Djoni bernaung sebagai kader. Perdebatan berkisar pada prioritas: apakah mendukung kader internal atau memilih "outsourcing" dari luar partai. Wacana ini mencerminkan perbedaan pandangan antara idealisme dan pragmatisme, dengan kecenderungan pragmatisme mendominasi dinamika partai.

Sementara itu, seorang Bacabup lain, sebut saja "Mawi," yang mendaftarkan diri di beberapa partai, sempat menikmati momentum positif. Sosialisasi diri yang ia lakukan secara masif melalui berbagai kegiatan menciptakan spekulasi di masyarakat, bahkan hingga gang-gang sempit. Beberapa pihak memperkirakan bahwa "pemborongan" dukungan partai bisa terjadi, yang artinya Pilkada Belitung akan memiliki calon tunggal dan melawan "Kotak Kosong (Koko)." Isu ini ramai dibahas, dari warung kopi hingga ruang rapat.

Namun, ketika Djoni kembali dari Mekah setelah menunaikan ibadah haji, ia langsung meningkatkan langkahnya. Dengan tekad penuh, ia memasang "persneling 3," melanjutkan strategi yang telah ia susun sebelumnya. Langkah lobi politik dilakukan ke berbagai tingkat partai, mulai dari daerah hingga pusat (DPP). Upaya ini membuahkan hasil sesuai harapan, meskipun perjalanan tak luput dari "kerikil-kerikil kecil" yang menjadi bumbu perjuangan.

Ketika kuota dukungan partai terpenuhi sesuai aturan, Djoni dan tim menghentikan manuver politik mereka. Tak disangka, sebuah peluang besar muncul: salah satu partai yang memiliki perolehan kursi signifikan di DPRD, hasil Pemilu Legislatif Februari lalu, bergabung dengan koalisi pengusung Djoni-Syamsir (DJOSS). Langkah ini memperkokoh kekuatan mereka, menyempurnakan strategi yang telah dirancang.

Setelah koalisi dinilai lengkap, Djoni dan tim memulai konsolidasi untuk mempersiapkan langkah-langkah berikutnya. Salah satu hasil awal dari konsolidasi ini adalah terbentuknya Tim Pemenangan DJOSS, sebagai motor penggerak menuju kemenangan.

Masa Kampanye

Persiapan kampanye dilakukan dengan matang, dimulai dari penyusunan visi, misi, hingga program kerja, serta penjadwalan kegiatan sesuai ketentuan KPU. Memasuki masa kampanye, intensitas kegiatan semakin meningkat. Dialogis, debat publik, hingga blusukan terus digencarkan. Istirahat berkurang, namun semangat dan stamina tetap terjaga, berkat tekad kuat untuk membawa perubahan.

Dalam setiap kompetisi, orientasi untuk menang adalah hal yang wajar. KPU sebagai penyelenggara Pilkada menciptakan arena kompetisi ini, dan kampanye menjadi medan candradimuka bagi semua pasangan calon (Paslon). Masa kampanye dimanfaatkan dengan maksimal, mengerahkan seluruh energi dan strategi. Extra effort dilakukan untuk merebut perhatian publik, meskipun terkadang tak jarang muncul praktik kurang etis, seperti sindiran, cibiran, bahkan fitnah, untuk melemahkan lawan dan membangun opini publik.

Paslon DJOSS pun tak luput dari serangan negatif. Berbagai isu tidak substansial dihembuskan untuk merusak citra, mulai dari tuduhan penggunaan gedung milik BUMD secara tidak wajar hingga kesalahan minor dalam pernyataan saat debat publik. Setelah pencoblosan, hasil hitung cepat yang berdasarkan data saksi di TPS juga menjadi sasaran polemik, dengan pihak lawan yang berupaya mempermasalahkannya ke Bawaslu.

BACA JUGA: Solusi Mengatasi 'Pandemi' Judi Online

Dalam tekanan aktivitas yang begitu tinggi, Djoni sempat berseloroh ingin "berhenti di tengah jalan" dan menyerahkan estafet perjuangan. Namun, motivasi dari berbagai pihak mendorongnya untuk terus maju. Sebagaimana kata bijak, "Kebaikan apa pun yang dilakukan, tak akan memuaskan semua orang." Dalam Pilkada, seperti dalam pertandingan olahraga dengan wasit, ada tiga jenis tantangan: dari internal tim, penyelenggara (wasit), dan pesaing (kontestan). Hal ini sepenuhnya dipahami oleh Djoni, yang tetap teguh melangkah.

Kampanye DJOSS berakhir pada 23 November 2024, sesuai jadwal nasional menjelang masa tenang. Acara penutup diadakan di Gedung Nasional dengan mengundang juru kampanye dari partai koalisi, termasuk Prof. Yusril Ihza Mahendra, tokoh utama Partai Bulan Bintang (PBB). Kampanye akbar ini dinilai sukses oleh banyak pihak, dilihat dari antusiasme audiens yang memadati lokasi. Jika dibandingkan dengan kampanye akbar dua Paslon lainnya, DJOSS tampil lebih meriah dan strategis, mengukuhkan momentum untuk merebut hati pemilih.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan