Jumat, 15 Nov 2024
Network
Beranda
Terkini
Babel Raya
Belitong Raya
Beltim Raya
All Sport
Politik
Nasional
Kombis
Disway
Derap Nusantara
Lainnya
Kesehatan
Life Style
Opini
Network
Beranda
Opini
Detail Artikel
Menjadi Orang Tua Strawberry, Kamu Mau?
Reporter:
Ares Faujian
|
Editor:
|
Minggu , 10 Nov 2024 - 22:48
Ares Faujian--
menjadi orang tua strawberry, kamu mau? setiap orang ada zamannya, dan setiap zaman ada orangnya. pepatah populer ini juga berlaku pada anak ala era generasi strawberry. yang ternyata, anak-anak generasi ini juga dipengaruhi oleh “orang tua strawberry”. dilansir dari laman resmi metro tv (anggie meidyana, 2024), generasi stroberi atau strawberry generation adalah istilah yang mengacu pada anak muda yang lahir pada 1990 dan seterusnya. istilah ini muncul perdana di taiwan, yang mana generasi ini dideskripsikan sebagai personal dengan karakteristik manja, rentan, dan kurang produktif di dunia kerja, sehingga generasi ini dianggap sebagai generasi yang rapuh. rhenald khasali (dalam anggie meidyana, 2024) sebagai guru besar universitas indonesia dan penulis buku yang berjudul strawberry generation: mengubah generasi rapuh menjadi generasi tangguh, mengatakan generasi stroberi adalah generasi yang memiliki banyak gagasan kreatif, tetapi mudah menyerah dan sakit hati. penggambaran ini sama seperti buah stroberi yang cantik dan eksotis, tetapi jika mendapat tekanan sedikit, maka buahnya akan mudah rusak (anggie meidyana, 2024). menurut dino baskoro (2022), istilah tersebut cenderung bermakna negatif, karena mereka yang digolongkan sebagai generasi stroberi dikatakan egois dan tidak bertanggung jawab. selain itu, dino baskoro juga menyampaikan dalam artikelnya bahwa generasi stroberi ini mudah mengeluh, mudah menyerah, tersinggung dan memiliki ekspektasi berlebihan terhadap sesuatu. tipikal yang seperti ini membuat anak menjadi kehilangan daya juang, apalagi ia berada di kehidupan dunia nyata (luar keluarga). baca juga:fenomena 'jastip', pisau bermata dua perdagangan indonesia strawberry parents selain adanya generasi strawberry yang dikenal “lembek”, ternyata ada pola asuh orang tua yang juga bisa memengaruhinya. dari the asian parent (dalam dino baskoro, 2022), salah satu aspek yang memengaruhi mentalitas anak menjadi generasi stroberi yakni berasal dari lingkungan terdekat anak, yaitu kebiasaan atau pola asuh yang dilakukan oleh orang tua. berikut adalah faktor-faktor yang memengaruhi mentalitas anak mengapa bisa jadi generasi stroberi. ihwal ini dilansir dari the asian parent (dalam dino baskoro, 2022) yang melihat pengaruh keberadaan orang tua generasi stroberi atau strawberry parents. pertama, selalu menuruti permintaan anak. saat orang tua terlalu sering mengabulkan setiap permintaan anak tanpa banyak pertimbangan, anak jadi kurang mengembangkan kemampuan untuk menghadapi kekecewaan atau menerima penolakan. misalnya, ketika seorang anak ingin memiliki mainan terbaru yang mungkin kurang esensial (penting), orang tua langsung membelikannya meskipun tidak direncanakan dalam anggaran keluarga. akibatnya, anak menjadi terbiasa dengan akses instan pada apa pun yang diinginkan. baca juga:mendorong kedaulatan ekonomi indonesia apa yang dapat dilakukan orang tua pada posisi ini? solusinya, orang tua dapat mengajarkan anak tentang proses mendapatkan sesuatu. contohnya dengan memberi anak kesempatan untuk menabung dari uang saku mereka atau membatasi hadiah-hadiah agar hanya diberikan pada saat tertentu, seperti hari ulang tahun. kedua, menebus waktu kebersamaan orang tua-anak dengan uang atau hadiah. banyak orang tua sibuk yang merasa bersalah karena kurang waktu bersama anak. sebagai gantinya, mereka mencoba menebus waktu yang hilang dengan pemberian materi atau hadiah. misalnya, seorang ayah yang sering bekerja lembur akan membelikan gawai (gadget) terbaru sebagai bujukan karena tidak bisa menghadiri acara sekolah anak. kebiasaan ini justru membentuk persepsi pada anak bahwa perhatian bisa tergantikan dengan uang atau barang. bagaimana mengatasi hal ini? untuk mengatasinya, orang tua bisa menjadwalkan kegiatan bersama yang sederhana namun penuh makna. contohnya seperti makan malam bersama tanpa gangguan gadget atau melakukan aktivitas luar ruangan pada akhir pekan. baca juga:upaya mencegah praktik judi online sejak usia dini ketiga, tidak pernah memberi konsekuensi pada anak. anak-anak yang tidak pernah mengalami konsekuensi atau hukuman atas tindakan mereka cenderung sulit untuk bertanggung jawab. misalnya, jika anak tidak mengerjakan pekerjaan rumah dan orang tua mengabaikannya tanpa teguran, anak tidak akan merasakan dampak dari kelalaiannya. dalam jangka panjang, ihwal ini membuat anak cenderung menghindari tanggung jawab dan bergantung pada orang lain untuk memperbaiki kesalahan. bagaimana mengatasi hal ini? sebaiknya, orang tua dapat menerapkan konsekuensi yang relevan. contohnya, mengurangi waktu bermain jika anak mengabaikan tugasnya, atau memberikan tugas tambahan sebagai pengingat pentingnya disiplin. keempat, selalu membantu anak memenuhi kebutuhannya. tak salah jika orang tua membantu mencukupi kebutuhan anaknya. namun, terlalu sering membantu anak dalam hal-hal yang seharusnya bisa ia lakukan sendiri juga dapat melemahkan kemampuan anak untuk mandiri. baca juga:menguatkan umkm di tengah ancaman krisis ekonomi global misalnya, orang tua yang selalu membantu anak mengerjakan proyek sekolah tanpa memberi kesempatan untuk mencoba sendiri, membuat anak jadi kurang percaya diri dan merasa harus bergantung pada orang lain. lalu, bagaimana menyikapi hal ini? solusi untuk ini adalah orang tua bisa mendampingi anak saat ia mengerjakan tugasnya sendiri, dengan memberi arahan tanpa mengambil alih. dengan cara ini, anak belajar untuk menghadapi tantangan dan menyelesaikannya. kelima, terlalu memanjakan anak. kemanjaan yang berlebihan juga dapat membentuk karakter yang lemah dan cenderung mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan. hal ini tentu akan sangat berbahaya bagi masa depan anak. misalnya, orang tua yang tidak membiarkan anaknya mengalami rasa lapar sedikit pun atau selalu mengurus semua keperluan anak tanpa melibatkan anak dalam prosesnya, bisa mengakibatkan anak tumbuh dengan mentalitas yang kurang tahan banting. atau istilahnya kurang memiliki resiliensi. bagaiamana jika terjadi hal demikian? pada perihal ini, orang tua bisa melibatkan anak dalam pekerjaan rumah tangga sederhana sesuai usianya. contohnya, merapikan mainan atau membantu menyusun meja makan. melalui aktivitas ini, anak belajar menghargai usaha dan kemandirian. baca juga:dampak terpilihnya trump jadi presiden as bagi ekonomi ri lima pola pengasuhan tersebut acap kali menekankan kenyamanan dan perlindungan berlebih kepada anak, membuat mereka tumbuh dengan keterampilan hidup yang minim. fenomena ini juga berkaitan erat dengan generasi anak-anak zaman sekarang, yang oleh banyak pakar disebut "generasi strawberry". dalam bukunya the coddling of the american mind, greg lukianoff dan jonathan haidt (2018) berpendapat bahwa pola asuh overprotective membuat anak-anak tidak terlatih menghadapi situasi sulit. artinya, ketika kita terus-menerus melindungi anak dari segala hal, kita secara tidak langsung mengirim pesan bahwa dunia terlalu berbahaya untuk mereka hadapi sendirian. hal inilah menjadi dasar dari fenomena orang tua strawberry, di mana orang tua terlalu fokus pada kenyamanan dan kemudahan anak, dan lupa untuk membiarkan mereka mengalami tantangan yang mendewasakan. penutup pola asuh orang tua yang begitu melindungi justru mengajarkan anak-anaknya untuk tumbuh dalam kenyamanan yang rapuh, seperti bunga yang tak pernah merasakan angin keras atau terik matahari. tanpa sadar, mereka menyisipkan pesan tersembunyi bahwa anak-anak perlu dijaga dari kesulitan, bahwa kenyamanan adalah prioritas, dan kegagalan harus dihindari. ironisnya, dalam upaya menciptakan hidup yang sempurna bagi buah hati, para orang tua ini melewatkan esensi dari mendewasakan anak mereka, yakni kesadaran bahwa kehidupan adalah serangkaian pelajaran yang diperoleh dari menghadapi tantangan, rasa kecewa, dan kemampuan untuk bangkit dari kegagalan. baca juga:masa depan ekonomi indonesia di era brics oleh karena itu, di sinilah pentingnya keberanian bagi para orang tua untuk melepas sedikit kendali dan membiarkan anak-anak mereka menjelajahi dunia dengan langkah yang kadang tertatih, namun penuh arti. saat kita memberi ruang untuk mencoba, jatuh, dan bangun kembali, kita menanamkan pada mereka kekuatan untuk bertahan, keberanian untuk bermimpi, serta kepercayaan diri untuk menaklukkan tantangan yang akan datang. di balik perasaan nyaman yang kita berikan, sebenarnya anak-anak membutuhkan lebih banyak keberanian dan kemandirian, yakni nilai yang akan membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang kokoh di tengah gempuran dunia. jadi, maukah anak dan keluarga anda menjadi generasi strawberry? oleh: ares faujian america field service (afs) global educator dan ketua musyawarah guru mata pelajaran sosiologi kabupaten belitung timur
1
2
3
»
Tag
# generasi strawberry
# strawberry generation
# starwberry parents
# ares faujian
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Belitong Ekspres 11 November 2024
Berita Terkini
Meutya Hafid Berhentikan 10 Pegawai Kemenkomdigi yang Terlibat Judi Online
Nasional
53 menit
Raffi Ahmad Diminta Siapkan LHKPN Oleh KPK
Nasional
1 jam
Putuskan MK: TNI/Polri yang Tidak Netral dalam Pilkada Hadapi Ancaman Pidana Penjara
Nasional
1 jam
KPU Pastikan Sirekap Tetap Berfungsi Meski Tanpa Internet untuk Pilkada 2024
Nasional
1 jam
Kritik Pengamat Terhadap RPMK: Kemasan Polos Rokok Dinilai Merugikan Industri Tembakau
Kombis
1 jam
Berita Terpopuler
Tertangkap di Basel, Ini Tampang Pelaku Pembunuhan Perempuan di Beltim yang Mayatnya Dicor Semen
Beltim Raya
8 jam
Isyak-Masdar Melejit di Survei Terbaru Pilkada Belitung 2024, Tinggalkan Paslon Lainnya
Politik
10 jam
Kakek Bersama Keluarga Dituduh Nambang Timah Tanpa Izin, Tim Pembela Minta Keadilan
Belitong Raya
7 jam
Kamarudin-Khairil Janjikan Seragam dan Perlengkapan Sekolah Gratis Bagi Siswa Beltim
Politik
8 jam
Puspom TNI: Ribuan Prajurit Kedapatan Main Judi Online, Ada yang Gunakan Uang Satuan
Nasional
8 jam
Berita Pilihan
Dona Sudah Diperiksa Propam Polres Belitung, Sebut Oknum Perwira Lepas Tanggung Jawab
Belitong Raya
2 jam
Motif Kasus Pembunuhan di Beltim Terungkap, Pelaku Terbakar Api Cemburu
Beltim Raya
3 jam
Kakek Bersama Keluarga Dituduh Nambang Timah Tanpa Izin, Tim Pembela Minta Keadilan
Belitong Raya
7 jam
Tertangkap di Basel, Ini Tampang Pelaku Pembunuhan Perempuan di Beltim yang Mayatnya Dicor Semen
Beltim Raya
8 jam
Isyak-Masdar Melejit di Survei Terbaru Pilkada Belitung 2024, Tinggalkan Paslon Lainnya
Politik
10 jam