Menjadi Orang Tua Strawberry, Kamu Mau?
Ares Faujian--
Hal inilah menjadi dasar dari fenomena orang tua strawberry, di mana orang tua terlalu fokus pada kenyamanan dan kemudahan anak, dan lupa untuk membiarkan mereka mengalami tantangan yang mendewasakan.
Penutup
Pola asuh orang tua yang begitu melindungi justru mengajarkan anak-anaknya untuk tumbuh dalam kenyamanan yang rapuh, seperti bunga yang tak pernah merasakan angin keras atau terik matahari. Tanpa sadar, mereka menyisipkan pesan tersembunyi bahwa anak-anak perlu dijaga dari kesulitan, bahwa kenyamanan adalah prioritas, dan kegagalan harus dihindari.
Ironisnya, dalam upaya menciptakan hidup yang sempurna bagi buah hati, para orang tua ini melewatkan esensi dari mendewasakan anak mereka, yakni kesadaran bahwa kehidupan adalah serangkaian pelajaran yang diperoleh dari menghadapi tantangan, rasa kecewa, dan kemampuan untuk bangkit dari kegagalan.
BACA JUGA:Masa Depan Ekonomi Indonesia di Era BRICS
Oleh karena itu, di sinilah pentingnya keberanian bagi para orang tua untuk melepas sedikit kendali dan membiarkan anak-anak mereka menjelajahi dunia dengan langkah yang kadang tertatih, namun penuh arti. Saat kita memberi ruang untuk mencoba, jatuh, dan bangun kembali, kita menanamkan pada mereka kekuatan untuk bertahan, keberanian untuk bermimpi, serta kepercayaan diri untuk menaklukkan tantangan yang akan datang.
Di balik perasaan nyaman yang kita berikan, sebenarnya anak-anak membutuhkan lebih banyak keberanian dan kemandirian, yakni nilai yang akan membuat mereka tumbuh menjadi pribadi yang kokoh di tengah gempuran dunia. Jadi, maukah anak dan keluarga Anda menjadi generasi strawberry?
Oleh: Ares Faujian
America Field Service (AFS) Global Educator dan Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sosiologi Kabupaten Belitung Timur