Ibu Sehat & Bahagia Menyusui, Anak Terpenuhi Nilai Gizi
Pemeriksaan USG (Antara)--
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2018 juga menunjukkan bahwa menyusui memberikan manfaat mental yang baik tidak hanya pada bayi, tetapi juga pada ibu. Pada ibu, menyusui secara signifikan mengurangi stres fisiologis dan subjektif, memfasilitasi pengaruh positif, meningkatkan kepekaan, dan perawatan ibu.
Radiolog di Universitas Indonesia ini juga memaparkan bahwa ada tiga fisiologi dasar ilmu menyusui agar ibu berhasil mengoptimalkan pemberian gizi pada anak lewat air susu kehidupan tersebut, yakni adanya informasi yang cukup, dukungan keluarga dekat, dan manajemen ASI dengan benar.
Informasi yang cukup diperlukan oleh ibu dan mesti dipelajari bahkan sebelum masa kehamilan. Calon ibu mesti mengetahui bahwa hormon ASI ada dua, yakni hormon prolaktin atau hormon yang memproduksi ASI, dan hormon oksitosin yang berfungsi mengalirkan ASI. Kedua hormon ini harus berkolaborasi dengan baik, karena apabila ada salah satunya tidak jalan, akan menjadi masalah.
ASI itu disebutkan sudah diproduksi sejak masa kehamilan 15-20 minggu, dengan aktifnya dua hormon itu, ASI-nya sudah bisa produksi. Beberapa ibu mungkin mengalami ASI tidak bisa keluar karena masih ditahan oleh hormon kehamilan yang menempel di ari-ari sehingga begitu melahirkan, ASI-nya mulai keluar, dan mungkin terkadang ada jeda karena ketidakseimbangan hormon.
BACA JUGA:Hasrat Kuasa, Demokrasi, dan Realitas Ciptaan
BACA JUGA:Hilangnya Visi Indonesia Emas di Debat Capres
Hormon prolaktin sangat erat terkait dengan otak di bagian emosi, sedangkan hormon oksitosin sangat terkait dengan rasa empati, kesetiaan, serta meningkatkan rasa percaya satu sama lain. Apabila ibu merasakan pikiran yang negatif seperti sedih atau stres, maka akan menghambat kerja hormon oksitosin sehingga meski payudara dapat memproduksi ASI dalam jumlah cukup, tetapi tidak dapat keluar dengan lancar.
“Kalau hormon oksitosinnya terganggu, meski produksinya bagus-- tetapi bisa tidak lancar-- yang sering ditemui, payudara ibu menjadi bengkak. Ini sangat menyakitkan sehingga ibu tidak bisa menyusui dengan baik karena menurut ibunya ini menyiksa,” paparnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, ibu harus sesering mungkin melakukan kontak kulit dengan bayi, belajar menyusui dengan baik, dan tidak sungkan atau takut meminta dukungan atau pertolongan dari keluarga dekat atau orang-orang yang dipercaya.
Ibu yang sudah mendapatkan informasi dan belajar menyusui dengan baik, maka secara otomatis akan menghasilkan ASI yang lancar, karena begitu bayi menyusui langsung, dia akan memanggil otak ibu untuk tidak hanya memproduksi, tetapi juga mengeluarkan hormon pengaliran ASI.
Dukungan keluarga dekat juga sangat diperlukan untuk memicu hormon hipofisis posterior, atau hormon pengaliran yang terletak dekat dengan otak emosi ibu, yang akan menghasilkan hormon oksitosin seperti yang sudah dijelaskan.
BACA JUGA:Kekalahan Propaganda Zionis
BACA JUGA:Etnomusikolog, Komposer, dan Perkusionis
“Jadi tanpa dukungan yang bagus, ibu jadi stres, hormon oksitosinnya tidak lancar, ASI nya tidak bisa keluar. Ini sangat berhubungan, kalau hormon pengalirannya bagus, maka bisa terjadi jika menyusui di sebelah kanan, payudara kirinya juga keluar dengan lancar, mereka akan saling memanggil,” ucap Maharani.
Kemudian, terkait manajemen ASI, ibu harus tahu kapan jadwal yang tepat untuk memompa ASI apabila ibu tersebut adalah seorang wanita karier. Selain itu, juga memperhatikan asupan gizi yang masuk dalam tubuh, dengan tidak mengkonsumsi makanan sembarangan dan tidak mengandung nilai gizi yang seimbang.