Jumat, 25 Okt 2024
Network
Beranda
Terkini
Babel Raya
Belitong Raya
Beltim Raya
All Sport
Politik
Nasional
Kombis
Disway
Derap Nusantara
Lainnya
Kesehatan
Life Style
Opini
Network
Beranda
Opini
Detail Artikel
Jangan Salah Menilai (Catatan Perjalanan Program AFS 2024)
Reporter:
Ares Faujian
|
Editor:
|
Senin , 21 Oct 2024 - 22:04
Ares Faujian--
jangan salah menilai (catatan perjalanan program afs 2024) “mungkin, kau selalu menduga. diriku tak pernah memahamimu. bahkan, kau selalu curiga. ada yang lain, dan kuduakan cintamu.” sepenggal lirik dari lagu bergaya lawas dengan judul “jangan salah menilai” ini begitu familier di resepsi pernikahan, serta di kalangan baby boomers, gen x, hingga beberapa generasi lainnya. lagu yang dipopulerkan oleh tagor pangaribuan tahun 2015 ini mengingatkan kita agar tidak hanya melihat sesuatu dari luar saja. walaupun lagu ini berkisah romansa, namun esensinya mengenai apa yang tampak di permukaan tidak selalu mencerminkan isi hati yang sesungguhnya. lirik pada lagu ini begitu sederhana, namun menyimpan pesan yang mendalam, yakni jangan terburu-buru untuk menyimpulkan sesuatu hanya dari penampilan luar saja. bayangkan sebuah kerumunan besar di pusat kota pada suatu sore. orang-orang berjalan dengan tergesa-gesa, mobil-mobil berlalu lalang, dan suasana tampak riuh. seseorang yang baru pertama kali melihatnya mungkin berpendapat bahwa tempat itu tidak nyaman, bahkan penuh dengan orang-orang yang tidak peduli satu sama lain. namun, apakah benar demikian? baca juga:merawat masa depan bangsa lewat tata kelola data pribadi yang bijak menggunakan prinsip suspend judgement atau menangguhkan penilaian mengingatkan kita bahwa apa yang tampak tidak selalu mencerminkan realitas, seperti lagu “jangan salah menilai”. kerumunan itu mungkin berisi individu yang sibuk dengan urusannya masing-masing, atau ada interaksi sosial yang tak terlihat di balik kesibukan tersebut. ini menjadi contoh nyata betapa pentingnya kita menunda penilaian untuk menghindari salah paham. suspending judgement ketika mengikuti program america field service (afs) global stem educators 2024, materi suspending judgement menjadi salah satu pelajaran penting yang menguatkan perspektif penulis dalam upaya preventif konflik dan memahami diversitas. kami diajarkan untuk menunda penilaian, khususnya dalam konteks lintas budaya dan situasi yang belum kita pahami sepenuhnya. ihwal ini sangat berguna, terutama ketika kita berhadapan dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda-beda. penulis belajar bahwa terlalu cepat membuat kesimpulan bisa menutup kesempatan untuk memahami situasi yang sebenarnya dan secara lebih mendalam. baca juga:presiden baru, harapan baru menuju indonesia maju janet bennett (2021) sebagai pakar komunikasi antarbudaya menyampaikan bahwa ketika kita terburu-buru menghakimi, kita kehilangan kesempatan untuk memahami apa yang sebenarnya memotivasi perilaku dalam konteks yang beragam. mempelajari suspending judgement ini memiliki manfaat besar, terutama dalam dunia pendidikan dan masyarakat yang semakin plural dan mengglobal. milton bennett (2019) menyatakan bahwa menangguhkan atau menunda penilaian membantu kita untuk beralih dari perspektif etnosentris ke pandangan yang lebih etnorelatif, di mana kita menghargai perbedaan budaya dan bukan menghakiminya, apalagi terlalu cepat. di dunia sekolah, acap kali kita melihat siswa hanya dari perilaku eksternal mereka. misalnya, seorang siswa pendiam mungkin dianggap tidak kompeten, padahal ia hanya memerlukan waktu lebih untuk menyesuaikan diri. memahami pentingnya menunda penilaian dapat membantu pendidik memahami siswa lebih tepat, sehingga hubungan mereka menjadi lebih baik. dalam artikel penulis sebelumnya yakni "di balik topeng stereotip dan generalisasi" (belitong ekspers, 14/10/2024), penulis membahas bagaimana stereotip dan generalisasi dapat memengaruhi cara kita memandang orang lain. misalnya, kita cenderung menilai seseorang berdasarkan label stereotip gender (laki-laki atau perempuan), usia (tua atau muda), atau etnis (suku mayoritas, minoritas, dsb), tanpa benar-benar mengenal mereka sesungguhnya. baca juga:menunggu implementasi 'makan siang bergizi gratis' prabowo konsep suspending judgement yang penulis pelajari di afs menjadi relevan karena membantu kita untuk tidak terjebak dalam bias stereotip tersebut. seperti yang dikatakan oleh walter lippmann bahwa we do not first see, and then define, we define first and then see (lippmann, 1922). artinya, kita melihat dunia melalui lensa stereotip yang sudah terbentuk sebelumnya, bukan dari pengamatan yang netral. dalam implementasinya, suspending judgement menuntut kita untuk menunda penilaian hingga semua informasi yang relevan tersedia. dalam kehidupan sehari-hari, sebagian dari kita tergoda untuk cepat-cepat menilai seseorang hanya berdasarkan penampilan, perilaku singkat, atau informasi yang belum lengkap. contohnya, saat berinteraksi dengan seseorang dari budaya yang berbeda, kita mungkin merasa bahwa perilaku mereka "aneh" atau "tidak sopan" karena perbedaan kebiasaan. namun, dengan menunda penilaian dan mencoba memahami latar belakang budaya mereka, kita bisa menghindari kesalahpahaman ini. situasi ambigu adalah tempat di mana suspending judgement sangat diperlukan. misalnya dalam dunia pendidikan, menunda penilaian dalam kondisi ambigu bisa terjadi ketika seorang guru menghadapi siswa yang terlambat masuk kelas. baca juga:menumbuhkan kepercayaan internasional di tengah krisis global alih-alih langsung menghakimi bahwa siswa tersebut malas atau tidak disiplin, guru sebaiknya menunda penilaiannya dan mencari tahu penyebab keterlambatan itu. mungkin saja siswa tersebut menghadapi masalah pribadi, seperti kesulitan transportasi atau tanggung jawab keluarga yang membuatnya sulit datang tepat waktu. dengan suspending judgement, seorang guru dapat lebih memahami situasi secara menyeluruh dan merespon dengan cara yang lebih tepat. selain itu, pendidik juga bisa memberikan dukungan atau solusi, daripada menghukum secara langsung. the dive daniel kahneman (2011) dalam bukunya thinking, fast and slow menekankan pentingnya memperlambat proses berpikir cepat (sistem 1) yang sering kali penuh bias. sehingga perlu menggantinya dengan proses berpikir lambat (sistem 2), yang lebih analitis dan penuh pertimbangan. untuk membantu kita menunda penilaian yang begitu cepat, model the dive (description, interpretation, verification, evaluation) yang dikembangkan oleh janet bennett dan milton bennett menjadi alat yang sangat berguna dalam penerapan suspending judgement. tahap pertama, description, yaitu menekankan pentingnya mengamati deskripsi fakta secara objektif tanpa menyisipkan opini. pertanyaan kunci pribadi pada tahap ini yakni, apa yang saya lihat? unsur-unsur apa yang dapat saya amati dalam situasi tersebut? baca juga:masa depan kurikulum merdeka pasca pergantian kabinet imajinasikanlah anda sedang duduk di sebuah kafe dan melihat seseorang masuk ke dalamnya dengan raut wajah tegang, dan langsung menuju kasir tanpa senyum atau menyapa siapa pun. pada tahap description, anda hanya mendeskripsikan apa yang dilihat tanpa menambahkan opini, yaitu seseorang masuk dengan wajah tegang dan langsung menuju kasir tanpa menyapa orang di sekitar. tahap kedua, interpretation, yakni mendorong kita untuk mencoba memahami dan menafsirkan makna di balik situasi tersebut, tetapi tanpa langsung menilai. pertanyaan kunci pribadi pada tahap ini yaitu, bagaimana saya memahami apa yang saya lihat? apa asumsi saya tentang apa yang telah saya amati? apa saja kemungkinan penafsiran mengenai apa yang sedang terjadi? pada contoh kasus di kafe tersebut, pada tahap kedua ini yang perlu dilakukan ialah kita perlu mencoba menafsirkan apa yang mungkin terjadi. mungkin orang tersebut sedang terburu-buru karena ada janji penting, atau mungkin ia sedang marah. namun, kita perlu berhenti sejenak untuk tidak membuat kesimpulan akhir. tahap ketiga adalah verification. pada tahap ini membantu kita mencari informasi lebih lanjut untuk menguji validitas interpretasi awal, apakah sudah sesuai dengan maksud dan fakta yang sebenarnya. pertanyaan pribadi kunci pada tahap ini yaitu, penafsifan saya yang manakah yang kemungkinan akurat? apa lagi yang perlu saya ketahui untuk mengetahui interpretasi mana yang paling mungkin? dari ilustasi contoh di kafe, pada tahap ketiga ini kita perlu memutuskan untuk memperhatikan lebih lanjut perilaku orang tersebut. kita ternyata mendengar orang itu berbicara dengan kasir dengan nada suara terburu-buru, dan ternyata sebenarnya ia sedang meminta bantuan karena kehilangan dompet. dari sini, kita bisa memverifikasi bahwa kemungkinan besar orang tersebut sedang cemas karena situasi yang mendesak. baca juga:diplomasi untuk kemanfaatan ekonomi indonesia ala joko widodo terakhir, di tahap evaluation, kita dapat mengevaluasi jika terdapat kesalahan dalam menafsirkan data, dan akhirnya memberikan penilaian yang lebih akurat setelah informasi yang cukup tersedia. pertanyaan pribadi kunci pada tahap ini yakni, bagaimana saya menilai apa yang saya lihat? bagaimana perasaan saya tentang apa yang saya pikir sedang terjadi? apakah itu baik atau buruk? benar atau salah? pada tahap evaluation ini, setelah memahami konteks situasinya pada ilustrasi contoh di kafe, kita akhirnya bisa memberikan penilaian yang lebih akurat, yaitu bahwa orang yang kita amati di kafe tersebut ternyata tidak sedang marah atau tidak sopan, melainkan sedang menghadapi masalah pribadi yang membuatnya tampak tegang dan terburu-buru. perasaan yang awalnya mungkin merasa jengkel karena dia tidak senyum atau menyapa siapa pun, kini bergeser menjadi empati setelah mengetahui situasi sebenarnya. jika kita tidak menerapkan model penangguhan penilaian seperti the dive ini, konsekuensinya bisa fatal. dengan tidak adanya pedoman yang tepat, misinterpretasi atau miskomunikasi bisa saja terjadi. alhasil, ihwal ini berpotensi menyebabkan konflik atau pengambilan keputusan yang salah. dalam interaksi lintas budaya, kesalahan penilaian bisa menyebabkan stereotip yang merusak hubungan, atau bahkan memperburuk ketegangan antar kelompok. model the dive juga mengungkap asumsi-asumsi tersembunyi yang terkadang tidak kita sadari saat mengamati sesuatu. menurut janet bennett (2020), model dive membawa asumsi-asumsi tersembunyi ke dalam cahaya (kejelasan), mendorong rasa ingin tahu (curiosity) dan kerendahan hati (humility) saat kita berusaha memahami apakah interpretasi kita terhubung dengan kenyataan. ini membantu kita menjadi lebih sadar akan bias dan asumsi yang kita bawa, sehingga kita dapat melihat sesuatu dengan perspektif yang lebih terbuka. baca juga:diplomasi untuk kemanfaatan ekonomi indonesia ala joko widodo penafsiran seseorang acap kali berakar pada nilai-nilai budaya, kepercayaan, dan pengalaman pribadi. itulah mengapa model the dive sangat penting untuk memperluas jangkauan interpretasi kita. dengan memberikan waktu untuk memverifikasi informasi, kita dapat membuat penilaian yang lebih tepat dan adil. menunda penilaian dan melakukan verifikasi sebelum mengevaluasi adalah kunci untuk menghindari bias, seperti yang dijelaskan dalam teori confirmation bias oleh raymond nickerson, di mana manusia cenderung mencari informasi yang hanya memperkuat pandangan awal mereka (nickerson, 1998). penutup pada kenyataannya, hidup ibarat alunan sebuah lagu yang kadang terdengar sederhana, namun setiap nada menyimpan cerita, dan setiap irama membawa pesan yang lebih dalam dari sekadar bunyi. sebuah penilaian yang terlalu cepat dapat menghalangi kita melihat keindahan yang ada di balik harmoni sebuah lagu, bahkan harmoni sosial dalam keragaman masyarakat. perjalanan kita dalam memahami orang lain adalah perjalanan dalam memahami diri sendiri. suatu kerumunan yang ramai, sepenggal interaksi singkat, atau pertemuan lintas budaya bukanlah sekadar rangkaian peristiwa yang saling terpisah. melainkan cermin dari keyakinan, asumsi, dan prasangka yang kita bawa dalam diri. ketika kita menunda atau menangguhkan penilaian, kita membuka ruang bagi kemungkinan-kemungkinan baru, kesempatan untuk mendengar cerita yang tak pernah diucapkan, dan menyelami makna yang lebih dalam dari apa yang tampak di permukaan. kita belajar bahwa tidak semua yang terlihat “asing” harus ditolak, dan tidak semua yang terasa “berbeda” harus dipahami secara tergesa-gesa. baca juga:urgensi program makan bergizi gratis bagi indonesia emas 2045 setiap individu adalah dunia yang kompleks, di mana pengalaman hidup, budaya, dan kepercayaan saling membentuk satu sama lain. dengan suspending judgement, kita memberi diri kita waktu untuk mengenal dunia-dunia ini dengan lebih bijaksana dan rendah hati. seperti sebuah buku yang tak dapat dimengerti hanya dengan melihat sampulnya, kehidupan pun harus dibaca secara tepat, halaman demi halaman, sebelum kita bisa memahami pesan tersirat dan tersurat yang seutuhnya. suspending judgement bukan hanya sekadar prinsip, melainkan laku hidup yang membawa kita menuju pemahaman yang lebih luas tentang diri dan dunia sekitar, yakni sebuah jalan menuju kedamaian dan harmonisasi sosial dalam keberagaman. semoga kita jangan sampai salah menilai. *) ares faujian, america field service (afs) global educator dan ketua musyawarah guru mata pelajaran sosiologi kabupaten belitung timur
1
2
3
4
»
Tag
# suspending judgement
# program afs 2024
# america field service
# ares faujian
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi Belitong Ekspres 22 Oktober 2024
Berita Terkini
Khawatir Tambah Beban, 153 Etnis Rohingya yang Terdampar di Deli Serdang Ditolak Warga
Nasional
12 menit
Partai Golkar Siap Kawal Kebijakan Hilirisasi Nikel di Era Prabowo-Gibran
Nasional
21 menit
PLN Indonesia Power Raih Pengakuan Internasional dalam Upaya Penurunan Emisi Karbon
Kombis
29 menit
Kapolri Sigit Sampaikan Materi Strategi Pemberantasan Korupsi di Acara Retreat Kabinet
Nasional
41 menit
Bagnaia Bertekad Perkecil Selisih Poin dengan Jorge Martin di GP Thailand
All Sport
52 menit
Berita Terpopuler
Kasus SKT di Desa Tanjung Rusa, Gugatan Warga Ditolak PTUN Pangkalpinang
Belitong Raya
21 jam
Turnamen Mancing Belitong De Sintak 2024 Siap Digelar, Ini Jadwal dan Waktu Pendaftaran
Belitong Raya
21 jam
Sidang Korupsi Timah: Harvey Moeis Berdalih Dana Sosial untuk Covid-19?
Nasional
19 jam
3 Pimpinan DPRD Babel 2024-2029 Resmi Dilantik, Masih Tersisa 1
Babel Raya
21 jam
Kamarudin Muten Santai Hadapi Debat Pilkada Beltim 2024, Fokus Visi Misi untuk Perubahan
Politik
3 jam
Berita Pilihan
Cabup Burhanudin Siap Ikuti Debat Pilkada Beltim 2024, Sebut Tidak Ada Persiapan Khusus
Politik
3 jam
Kamarudin Muten Santai Hadapi Debat Pilkada Beltim 2024, Fokus Visi Misi untuk Perubahan
Politik
3 jam
Korupsi Lapangan Bola Paal Satu, Agiok Dituntut 6 Tahun Penjara, Uang Pengganti 2,4 Miliar
Belitong Raya
4 jam
Isyak-Masdar Siap Hadapi Debat Publik Perdana Pilkada Belitung 2024 Tanpa Persiapan Khusus
Politik
5 jam
Sidang Korupsi Timah: Harvey Moeis Berdalih Dana Sosial untuk Covid-19?
Nasional
19 jam