Kemenko Marves dan Bank Indonesia Luncurkan Kalkulator Hijau

Deputi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Nani Hendiarti (kelima dari kanan), Deputi Gubernur Bank Indonesia Juda Agung (kelima dari kiri), dan pemangku kepentingan terkait foto --

BELITONGEKSPRES.COM - Bank Indonesia, bekerja sama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), baru saja meluncurkan aplikasi Kalkulator Hijau. Inisiatif ini ditujukan untuk mendukung upaya penghitungan dan pelaporan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang dihasilkan oleh perbankan dan pelaku usaha.

Deputi Kemenko Marves Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Nani Hendiarti, menyatakan, "Peluncuran aplikasi dan pedoman ini merupakan hasil kolaborasi antara Bank Indonesia dan Kemenko Marves, serta melibatkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai pengarah utama dari NDC (Nationally Determined Contribution)."

Pentingnya transisi menuju ekonomi netral karbon, atau net zero emission, semakin mendesak, mengingat investasi hijau yang diperlukan sebagian besar berasal dari sektor keuangan. Data Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa pembiayaan publik hanya dapat memenuhi sekitar 34% dari total kebutuhan investasi berkelanjutan, yang diperkirakan mencapai 280 miliar dolar AS untuk memenuhi target NDC 2030.

Dalam rangka memperkuat komitmen mengatasi perubahan iklim global, pemerintah tengah merancang Second NDC, yang diharapkan rampung pada Februari 2025. Proses ini sudah memasuki tahap finalisasi dan melibatkan konsultasi publik untuk menetapkan prioritas dalam pengurangan dan mitigasi emisi GRK di berbagai sektor, termasuk industri, energi, dan kelautan.

BACA JUGA:Bulog Tegaskan Beras Bantuan Pangan Layak Konsumsi dan Sesuai Standar

BACA JUGA:Kemenko Ekonomi Sebut Deflasi 5 Bulan Berturut Tidak Terkait dengan Daya Beli

Agar kekurangan pendanaan dapat diatasi, inovasi dalam kebijakan keberlanjutan sangat diperlukan. Dalam hal ini, Kemenko Marves juga mengembangkan strategi pembiayaan campuran (blended finance) melalui Global Blended Finance Alliance (GBFA) yang disepakati dalam forum G20.

Dampak nyata perubahan iklim, seperti pergeseran musim dan kebakaran hutan yang meluas, menuntut perhatian serius. Sebagai respons, BI dan Kemenko Marves menekankan pentingnya bank untuk meningkatkan pembiayaan rendah emisi dan menurunkan tingkat emisi dari kredit yang mereka berikan.

Aplikasi Kalkulator Hijau diharapkan dapat menjadi alat bantu untuk menghitung dan memantau emisi karbon, sekaligus mendorong partisipasi industri perbankan dalam upaya mencapai target penurunan emisi sesuai komitmen nasional. Metodologi yang diterapkan dalam aplikasi ini telah disetujui oleh KLHK, dan Kalkulator Hijau ini akan terus diperbarui seiring perkembangan teknologi.

Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menegaskan bahwa Kalkulator Hijau memiliki standar untuk mengukur jejak karbon. Dengan demikian, aplikasi ini tidak hanya berfungsi sebagai alat ukur, tetapi juga sebagai katalis dalam mendorong pengurangan emisi karbon di Indonesia. "Kami berharap Kalkulator Hijau ini dapat memudahkan perbankan dan pelaku usaha dalam memenuhi kebutuhan pelaporan yang kini semakin diharuskan oleh regulator dan pasar keuangan global," jelasnya.

BACA JUGA:Dampak Ekonomi MotoGP: Biro Perjalanan NTB Raup Keuntungan Puluhan Juta

BACA JUGA:Upaya Kemenkumham Melindungi UMKM dengan Pengetatan Izin Investor Asing

Kedepannya, cakupan aplikasi ini akan terus berkembang untuk mencakup seluruh aktivitas yang menghasilkan emisi, termasuk yang bersifat tidak langsung, guna meningkatkan ketahanan dan keberlanjutan ekonomi hijau di Indonesia. (ant)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan