PUI UM Terangi Daerah 3T dengan Energi Terbarukan
Direktur Inovasi Unversitas Negeri Malang, Prof. Dr. Nandang Mufti, S.Si., M.T, memperlihatkan panel surya hasil penelitian dosen dan mahasiswa dari PUI-PT CAMRY di Malang, beberapa waktu lalu. ANTARA/Indriani--
BACA JUGA:Melestarikan Bahasa Sentani dari Sekolah
PUI-PT CAMRY ditunjuk menjadi salah satu pusat unggulan oleh Kemendikbudristek pada 2021. Sebelumnya, Direktorat Jenderal Diktiristek Kemendikbudristek menjelaskan pembentukan PUI-PT bertujuan untuk menjawab tantangan dalam pembangunan iptek dan memperkuat lembaga penelitian yang ada di perguruan tinggi agar mampu menghasilkan inovasi teknologi berbasis pengembangan produk dan saintifik.
Khusus PUI-PT CAMRY fokus pada pengembangan empat pilar penelitian pada bidang solar cell, biomassa, material penyimpan energi (storage material), dan smart grid untuk mewujudkan bangunan pintar mandiri energi (self powered smart building) yang bertujuan untuk kemandirian energi.
“Saat ini memang baterainya masih impor, tapi kami sudah memiliki teaching factory di sini dan dalam waktu dekat kami bisa membuat sendiri baterai 100 persen. Begitu juga dengan sel surya dan lampu sehingga (kami) memiliki kemandirian. Harapannya, ke depan PUI ini dapat menjadi science techno park untuk kemandirian energi di Indonesia,” harap Nandang.
Dalam 3 tahun keberadaan PUI, tercatat sudah sebanyak 12 guru besar yang dihasilkan dan sebanyak 25 persen publikasi di UM merupakan hasil dari penelitian di pusat unggulan itu. Total sebanyak 455 jurnal ilmiah terindeks Scopus dan 235 paten terdaftar dan granted yang dihasilkan sepanjang 2021 hingga 2023.
BACA JUGA:Rapat Terakhir Menhan di Komisi I DPR Sebelum Prabowo Jadi Presiden
Penelitinya pun mendapat pengakuan dunia sebagai World Top Scientist 2023, yakni Prof. Dr. Hadi Nur, M.T dan penghargaan Academic Leader di bidang Sains pada 2023 yang diraih Prof Dr. Ahmad Taufiq.
Ke depan, Nandang berharap adanya dukungan perundang-undangan dari Pemerintah khususnya insentif dalam pengembangan energi terbarukan sehingga masyarakat pun menjadi tertarik untuk menggunakan energi terbarukan.
“Tanpa adanya insentif yang diberikan pada pengembangan energi terbarukan, maka akan sangat sulit untuk mencapai target 23 persen EBT pada 2025," cetus Guru Besar Bidang Ilmu Fisika Material UM itu.
Pengembangan energi terbarukan perlu terus digalakkan. Selain mengurangi ketergantungan pada energi fosil, keberadaan energi terbarukan lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan. (ant)
Oleh: Indriani