Posisi Strategis Gas Bumi dalam Transisi Energi
Petani beraktivitas di sekitar sumur produksi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Geo Dipa Energi di kawasan dataran tinggi Dieng Desa Kepakisan, Batur, Banjarnegara, Jawa Tengah, Selasa (6/9/2022). Proyek PLTP Dieng 2 berkapasitas 55 MW merupa--
Gas bumi memiliki posisi istimewa karena dapat menjawab tantangan energi yang dihadapi, termasuk tahap krusial dalam transisi energi, karena kawasan Asia Tenggara (utamanya Indonesia) memiliki cadangan gas yang besar untuk terus dikembangkan.
Emisi karbon dioksida serta emisi lainnya pada gas relatif lebih rendah dibanding energi fosil lainnya (utamanya batu bara), menjadikan gas lebih ramah bagi keberlanjutan lingkungan hidup.
BACA JUGA:Zaken Kabinet dalam Mewujudkan Pemerintahan Adil dan Transparan
Pembangkit listrik tenaga gas bumi tingkat emisinya jauh lebih rendah, yaitu sepersepuluh emisi sulfur oksida, nitrogen oksida, partikel, serta metal berat dibanding batu bara.
Menurut data Badan Energi Internasional (IEA), cadangan gas bumi kawasan Asia Tenggara diperkirakan bisa memenuhi kebutuhan selama 2 abad ke depan dengan acuan tingkat konsumsi saat ini.
Asia Tenggara diperkirakan memiliki 7,5 tcf (triliun meter kubik) cadangan gas bumi yang telah terbukti, atau 3,5 persen dari total cadangan dunia.
Guna mencukupi kebutuhan energi yang terus meningkat di tengah pengurangan emisi, gas bumi akan menjadi andalan pada masa transisi energi. Sebab, energi fosil gas bumi rendah emisi dan efisien.
Di tengah tekanan dan tuntutan terhadap energi ramah lingkungan (green energy), gas bumi sebagai energi bersih akan memegang peranan penting sebagai “jembatan†menuju pemanfaatan energi hijau sepenuhnya.
BACA JUGA:Pengaplikasian Teori Segitiga Cinta Dalam Meningkatkan Semangat Belajar Anak SMA
Sumber energi bersih ini akan berkembang terutama di kawasan Asia Tenggara. Gas bumi masih memainkan peran penting di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Indonesia menargetkan produksi gas bumi sebesar 12 BSCFD pada 2030. Berdasarkan pengukuran Neraca Gas Indonesia, diperkirakan ada potensi surplus untuk memasok kebutuhan industri baru di dalam negeri atau untuk diekspor.
Proyek Cisem
Gas bumi merupakan salah satu sumber energi andalan di era transisi energi, oleh karenanya diperlukan infrastruktur terintegrasi untuk bisa menyalurkan gas dari area sumber gas menuju area penerima manfaat, seperti kawasan industri dan konsumen rumah tangga.
Manfaat pembangunan infrastruktur jaringan gas, agar harga gas lebih terjangkau, dengan biaya (toll fee) lebih murah, guna memenuhi kebutuhan gas untuk industri, pembangkit listrik dan rumah tangga.
Saat ini sudah terbangun infrastruktur jaringan pipa gas Cisem (Cirebon – Semarang) tahap 1 dengan investasi Rp1,13 triliun. Kemudian dilanjutkan pembangunan Cisem tahap 2, untuk tahun 2024 membutuhkan investasi Rp1,33 triliun, dan untuk tahun 2025 membutuhkan investasi Rp2,01 triliun. Investasi lebih besar, karena jarak pipa yang dibangun juga lebih panjang.