Meluruskan Kesalahpahaman Soal Merdeka Belajar

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI Nunuk Suryani memantau implementasi kebijakan Merdeka Belajar di SDN 03 Kota Bengkulu, di Bengkulu, Jumat. (16/8/2024) (ANTARA/Boyke Ledy Watra)--

Jadi, tidak perlu kuatir bahwa dengan sistem Merdeka Belajar anak didik akan dibebaskan dari segala bentuk ujian, yang pada akhirnya membuat mereka malas belajar. Dalam Merdeka Belajar ujian nasional itu tetap diadakan oleh pemerintah. Bahkan ujian-ujian lain yang namanya diganti "Penilaian", seperti Penilaian Tengah Semester, Penilaian Akhir Semester dan sejenisnya juga diadakan.

BACA JUGA:Pengaplikasian Teori Segitiga Cinta Dalam Meningkatkan Semangat Belajar Anak SMA

Kelebihan dan kekurangan

Tidak salah jika JK mengatakan bahwa kurikulum konservatif bisa mendorong --lebih tepatnya memaksa-- siswa untuk belajar, karena kurikulum ini menekankan sistem yang sangat ketat. Kelebihan berikutnya, adanya standarisasi nasional sehingga siswa dan sekolah harus progresif demi mencapai standar pendidikan yang ditetapkan pemerintah. Karena terstandar secara nasional, kelebihan lainnya, kurikulum konservatif mudah dilakukan evaluasi.

Akan tetapi metode konservatif seperti itu mengandung banyak kekurangan. Di antaranya, metode konservatif dalam pendidikan yang dicirikan dengan ketaatan tinggi lebih banyak memberikan "teror" mental kepada anak didik. Pendidikan dinilai hanya menjadi beban bagi para siswa. Alih-alih menyenangkan, sekolah justru menjadi dunia yang menakutkan dan membosankan bagi anak didik. Masalah ini yang dulu dikritik keras oleh masyarakat.

Kekurangan lainnya, masih berdasarkan kritik masyarakat, pendidikan konvensional-konservatif hanya mengejar nilai di atas kertas dan cenderung mengabaikan karakter. Dampaknya, banyak siswa yang nilainya di atas kertas bagus tetapi karakternya buruk.

Selain itu, juga tak luput dari kritik masyarakat, karena menekankan standarisasi nasional, metode konservatif cenderung menyamakan potensi-potensi anak didik di berbagai daerah, padahal setiap anak didik ini memiliki potensi, kecenderungan dan kemampuan yang berbeda-beda.

BACA JUGA:Ketika Zona Nyaman Menjadi Perangkap (Catatan Perjalanan Program AFS 2024)

Maka, demi mengakomodir kritik masyarakat soal pendidikan konvensional-konservatif itu, diterapkanlah sistem Merdeka Belajar. Jadi, substansi kebijakan Merdeka Belajar itu sebenarnya juga dibangun berdasarkan masukan dan kritik masyarakat, bukan semata-mata keinginan Kemendikbudristek.

Sebagai sebuah terobosan, Kurikulum Merdeka justru mempunyai keunggulan dibandingkan sistem konvensional-konservatif. Diantara keunggulannya, dijelaskan Ahmad Almarisi dalam jurnal pendidikan Mukadimah (2023), adalah Kurikulum menjadi sederhana namun lebih mendalam sehingga memudahkan dalam proses belajar-mengajar.

Selain itu Kurikulum merdeka lebih fokus pada substansi pengetahuan dan pengembangan peserta didik berdasarkan tahapan dan prosesnya dan pembelajaran lebih bermakna. Proses belajar-mengajar tidak bersifat kuantitatif tetapi lebih bersifat kualitatif di mana selain lebih menekankan penguasaan materi proses belajar juga dilakukan secara menyenangkan; peserta didik merdeka menentukan menu pelajaran yang diminati sesuai bakat dan aspirasinya; guru dapat melaksanakan pengajaran sesuai penilaian terhadap jenjang capaian dan perkembangan peserta didik.

Pastinya Kurikulum Merdeka ini juga mengandung kekurangan. Di antaranya, dari segi implementasinya Kurikulum Merdeka masih kurang matang, sistem pendidikan dan pengajaran yang dirancang belum terealisasi dengan baik, dan kurangnya sumber daya manusia. Tapi, kekurangan ini akan diperbaiki, tentu saja secara gradual. Mustahil membangun sistem pendidikan seketika langsung sempurna.

BACA JUGA:Meningkatkan Literasi dan Karakter Siswa melalui Program 'SENYUM' di SDN 5 Manggar

Sekali lagi, prinsip Merdeka Belajar adalah menciptakan suasana belajar yang membahagiakan anak didik tanpa terbebani pencapaian nilai atau skor tertentu. Selain itu, sistem pendidikan ini juga mengakomodir karakter sebagai standar penilaian. Dengan model seperti ini Merdeka Belajar didesain sebagai sistem pendidikan yang memberikan ruang kebebasan kepada siswa-siswi untuk berpikir, berkreativitas dan berekspresi sesuai minat dan bakatnya, bukannya untuk membuat siswa-siswi tidak perlu belajar lagi. (ant)

Oleh: Muhammad Muhibbuddin​​​​​​​ *

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan