Pesta Demokrasi untuk Masa Depan Ekonomi yang Lebih Baik

Pemilu 2024--

Persepsi publik terhadap peluang kecurangan yang mungkin terjadi semakin berkembang harus dihapuskan untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap sistem demokrasi dan menguatkan legitimasi pemerintahan.

Indonesia harus mampu membuktikan bahwa prediksi dunia internasional keliru dimana mereka mengkhawatirkan turunnya kepercayaan publik di Indonesia terhadap sistem demokrasi, sebagaimana tercermin dalam artikel-artikel yang diterbitkan oleh The New York Times, The Guardian, dan The West Australian, beberapa hari belakangan ini.

Mereka sempat mengkhawatirkan fenomena regresi demokrasi Indonesia, dan politik dinasti yang dinarasikan dibangun Presiden Jokowi, dengan diloloskannya Gibran Rakabuming Raka, sebagai cawapres oleh MK.

Menjawab pertanyaan siapa kandidat yang akan mampu membawa Indonesia menggapai Indonesia Emas 2045, Prof. Imron menegaskan bahwa capres yang tepat adalah mereka yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk menyelesaikan berbagai persoalan, termasuk menyelesaikan kasus pelanggaran HAM dan yang tidak memanfaatkan isu primordial untuk mencapai tujuan politik.

Politisasi Bansos

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting Sirojudin Abbas mengatakan dalam pesta demokrasi hal yang salah satunya signifikan adalah menghindari penggunaan fasilitas negara atau program oleh pejabat petahana untuk kepentingan politik.

BACA JUGA:Tips Cara Belajar Asyik dan Efektif

BACA JUGA:Disabilitas Mental Dalam Bingkai Pemilu

Salah satunya bantuan sosial (bansos) yang tidak boleh diseret untuk kepentingan politik atau dipolitisasi untuk tujuan-tujuan politik dalam pesta demokrasi.

Pengucuran bansos dilakukan untuk tujuan awal sebagai jaring pengaman sosial dan pengentasan kemiskinan ekstrem. Bukan karena untuk meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah.

Bantuan harus digunakan sebagaimana tujuannya untuk memperluas penciptaan lapangan kerja dan menurunkan angka kemiskinan, serta memperluas akses terhadap kesehatan.

Mengenai kandidat capres ideal, masyarakat perlu melihat dari tiga pasangan calon itu, mana calon yang paling kecil potensi risiko kerugiannya bagi bangsa Indonesia.

Pada calon yang memiliki identitas dan karakter yang baik yang mempunyai semangat dan keinginan yang besar untuk membangun bangsa ini, masyarakat bisa melabuhkan pilihannya.

Johan Silalahi, pendiri Negarawan Center, menekankan pentingnya agar presiden dan jajarannya untuk senantiasa menjaga netralitas dalam Pemilu 2024, meskipun ada anggota keluarganya yang terlibat dalam pencalonan.

Kesadaran bahwa keterlibatan atau cawe-cawe dalam pilpres akan berpotensi melanggar konstitusi perlu untuk sangat ditegaskan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan