Bahaya Mengintai, Tipu Daya 'Dokter AI' Viral di Media Sosial

Ilustrasi - Kecerdasan buatan untuk Kesehatan (ANTARA/Shutterstock/am)--

Di era digital ini, tak sedikit dari kita yang sering mencari solusi kesehatan melalui media sosial. Namun, tahukah Anda bahwa ada ancaman baru yang mengintai? Fenomena "Dokter AI" kini semakin marak, menawarkan janji-janji manis melalui konten yang tampak meyakinkan. 

Di balik video-video tersebut, tersimpan fakta mengejutkan yang bisa membahayakan kesehatan Anda. Jangan sampai tertipu! Simak cerita dan penjelasan lengkapnya dalam artikel ini.

Ratnawi (65) dengan langkah cepat menghampiri anaknya, Evi (34), yang baru saja pulang dari pekerjaannya di pabrik sepatu Tangerang. Ratnawi, yang sudah lima tahun menderita diabetes tipe dua, sangat bersemangat menunjukkan sesuatu di ponselnya kepada Evi.

"Ini ada obat diabetes baru!" seru Ratnawi sambil menyerahkan ponselnya.

BACA JUGA:Cuek Perintah Atasan, Sekarang Malah Jadi Hak Karyawan Australia

BACA JUGA:Daftar HP yang Sudah Terima Update Android 15 Hingga Agustus 2024

Di layar ponselnya, terlihat video jurnalis terkenal Najwa Shihab yang sedang mewawancarai mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Dalam video tersebut, Najwa menyebutkan bahwa seorang dokter asal Indonesia telah menemukan obat diabetes dengan efektivitas 98 persen, yang telah menyembuhkan 70.000 orang.

Namun, ada sesuatu yang janggal. Gerakan bibir Najwa dan Terawan dalam video tersebut tidak sinkron dengan suaranya. Ini adalah tanda bahwa video tersebut kemungkinan besar adalah deepfake, sebuah manipulasi menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat video palsu yang tampak sangat meyakinkan.

Teknologi AI saat ini mampu menciptakan deepfake yang sangat realistis, membuat foto, audio, dan video hoaks yang dapat membingungkan banyak orang. Faktanya, video tersebut bukanlah asli, melainkan hasil rekayasa dari potongan video lama Program Mata Najwa yang diunggah empat tahun lalu. Ini adalah salah satu contoh bagaimana "dokter AI" di media sosial bisa menipu orang-orang yang mudah percaya.

Mungkin kita juga ingat bagaimana teknologi deepfake pernah digunakan untuk membuat Presiden Joko Widodo berbicara dalam bahasa Mandarin dengan sangat fasih. Sama halnya dengan video palsu Najwa dan Terawan ini, deepfake digunakan untuk menciptakan konten menyesatkan yang dapat mengecoh banyak orang, terutama mereka yang sedang mencari solusi cepat untuk masalah kesehatan mereka.

BACA JUGA:Tablet Gaming Infinix Xpad Meluncur dengan Helio G99, Harga Mulai Rp1,8 Jutaan

BACA JUGA:5 Keunggulan Vivo Y18i: Smartphone Entry-Level Terbaik 2024, Murah dengan Fitur Melimpah

Sayangnya, tidak semua orang memiliki kemampuan berpikir kritis yang cukup untuk membedakan mana informasi yang benar dan mana yang palsu. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara dengan pengguna media sosial terbesar di dunia. Namun, sayangnya, tingkat literasi di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini membuat masyarakat kita lebih rentan terhadap misinformasi dan disinformasi yang disebarkan melalui media sosial.

Laporan Global Risks Report 2024 dari World Economic Forum bahkan menyebutkan bahwa gangguan informasi seperti misinformasi dan disinformasi akan menjadi ancaman serius di masa depan. Seiring dengan berkembangnya teknologi AI, penyebaran deepfake dan konten buatan AI yang menyesatkan akan semakin masif, dan semakin sulit bagi kita untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan