Hendrya Sylpana

Sembahyang Rebutan

Dahlan Iskan--

BACA JUGA:Gempa MK

Sebelum sembahyang dimulai saya mendekat ke meja itu. Saya angkat kertas itu. Saya doakan dengan cara saya. Lalu saya letakkan kembali.

Di halaman depan vihara sudah dipajang kapal kertas. Layarnya juga terbuat dari kertas. Kapal itu dibuat sejak 10 hari sebelumnya. Perlu waktu 10 hari karena kapalnya memang besar.

Sembahyang selesai. Semua nama yang dipajang di atas meja diangkut ke kapal. Dimasukkan ke geladak kapal.

Saya diminta memulai prosesi ini.

Saya ambil kertas arwah donor hati saya dari meja sembahyangan.

Saya bawa ke kapal.

Saya masukkan ke kapal.

Mereka pun mengikuti apa yang saya lakukan.

Setelah semua kertas arwah memenuhi kapal saya diminta menyulutkan api. Di susul para banthe. Juga tokoh-tokoh vihara.

Api pun menjulang tinggi. Kapal terbakar. Itu pertanda semua arwah sudah dilayarkan ke langit. Kapal pun habis terbakar.

Ritual terakhir: semua berjalan mengelilingi abu kapal itu. Seperti tawaf. Tapi hanya tiga kali. Sambil menyiprat-nyipratkan air.

Mengapa disebut hari raya Rebutan?

Di hari raya ini disajikan banyak sekali makanan dan buah-buahan. Setan pun lupa menganggu arwah almarhum. Mereka sibuk rebutan makanan yang tersedia di vihara.

Jangan bertanya apakah itu masuk akal. Saya setuju dengan Kumaila dari Forbidden Question: agama hanya masuk akal bagi pemeluknya. (Dahlan Iskan)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan