Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila Bukan Hanya Sekedar Tugas Guru!

Mangifera Indica Juarsyah, S.Pd (Dok. Pribadi)--

Merevitalisasi pancasila berarti menegaskan identitas manusia Indonesia. Pancasila menjadi jiwa yang menyatukan seluruh rakyat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, etnis, adat dan budaya. Ini merupakan karakteristik utama bangsa Indonesia yang beraneka ragam, dalam upaya mewujudkan identitas bangsa Indonesia yang berjiwa pancasila, kurikulum merdeka dirancang untuk mendukung pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dengan tujuan membentuk profil pelajar Pancasila yang memiliki karakter dan kompetensi sesuai dengan nilai-nilai pancasila. 

Profil pelajar pancasila sebenarnya bertujuan untuk menjaga kesatuan, melestarikan keragaman, meningkatkan persaudaraan, dan menanamkan jiwa kesetiakawanan. Nilai-nilai ini harus ditanamkan dalam diri setiap individu melalui proses pendidikan seumur hidup, baik secara formal, nonformal, maupun informal. Pada dasarnya profil pelajar pancasila diwujudkan pada 6 dimensi utama yakni, 1) dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2) mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. 

Pancasila adalah landasan ideologi yang menjiwai seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks ini, mewujudkan profil pelajar pancasila tidak bisa dianggap sebagai tanggung jawab tunggal seorang guru. Namun ini adalah tugas bersama yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Tanpa adanya keterlibatan sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat, maka profil pelajar pancasila hanya sekedar angan-angan senyap dari sebuah logika tanpa ada aksi nyata. Secara sederhana guru memang memegang peran sentral dalam proses pendidikan formal, tidak hanya mengajarkan materi pelajaran, tetapi juga menanamkan nilai-nilai pancasila melalui contoh dan interaksi sehari-hari dengan peserta didik. 

BACA JUGA:Prinsip Ekonomi Kerakyatan Menuju Indonesia Emas 2045

BACA JUGA:Anugerah Desa Wisata untuk Natuna

Hal ini sejalan dengan adanya kurikulum merdeka, yang dirancang untuk memberikan kebebasan dan fleksibilitas dalam pembelajaran, memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan metode pembelajaran yang kreatif dan relevan dengan konteks lokal serta kebutuhan peserta didik. Namun, dalam membentuk karakter pelajar yang sesuai dengan enam dimensi profil pelajar pancasila memerlukan lebih dari sekadar usaha di dalam kelas. Pendidikan karakter dan nilai pancasila harus menjadi bagian dari pengalaman hidup sehari-hari yang melibatkan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Oleh karena itu, keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama yang mengajarkkan tentang nilai-nilai kehidupan. Juga berperan penting dalam membentuk karakter pelajar yang sesuai dengan enam dimensi profil pelajar pancasila. Orang tua dan anggota keluarga lainnya harus menjadi teladan dalam mengamalkan nilai-nilai pancasila, dengan cara menjaga komunikasi yang baik, memberikan kasih sayang, dan disiplin yang konsisten di rumah. 

Hal sederhana seperti inilah yang akan membantu membentuk kepribadian anak yang sesuai dengan profil pelajar pancasila. Keluarga juga berperan dalam memperkaya pengetahuan anak tentang keberagaman budaya Indonesia. Mengajak anak-anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, budaya, dan mengenalkan mereka pada berbagai tradisi, serta mendorong mereka untuk menghormati perbedaan yang akan memperkuat rasa kebhinekaan dalam diri mereka.

BACA JUGA:Bersama-sama Menjaga Kesehatan 'Paru-paru' Dunia

BACA JUGA:Kolaborasi Anak Muda Bali Menggarap Animasi Tanpa Gaji

Selain sekolah dan keluarga, lingkungan masyarakat juga memiliki tanggung jawab dalam mewujudkan profil pelajar pancasila. Lingkungan masyarakat yang kondusif, aman, dan inklusif akan mendukung perkembangan karakter anak, serta dengan adanya program-program komunitas, seperti kegiatan gotong royong, kerja bakti, dan acara kebudayaan, dapat menjadi sarana efektif untuk menanamkan nilai-nilai pancasila secara praktis. Pada dasarnya organisasi masyarakat, baik itu lembaga swadaya masyarakat, organisasi keagamaan, maupun kelompok kepemudaan, harus turut serta dalam pendidikan karakter. 

Mereka dapat menyelenggarakan berbagai program pendidikan nonformal yang mendukung pembentukan profil pelajar pancasila, seperti seminar, lokakarya, festival budaya, kampanye lingkungan, kegiatan sosial, kegiatan kewirausahaan dan Inovasi, serta masih banyak lagi kegiatan dan program-program yang bisa dijadikan sebagai upaya untuk mendukung perkembangan karakter anak dan mewujudkan profil pelajar pancasila. Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dan menyelenggarakan program-program yang mendukung nilai-nilai pancasila, organisasi masyarakat dapat berperan signifikan dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, berintegritas, dan berkomitmen untuk menjaga kesatuan dan keberagaman Indonesia. 

Maka dari itu, untuk mewujudkan profil pelajar pancasila adalah tanggung jawab bersama yang tidak bisa dibebankan hanya pada guru. Ini adalah upaya kolektif yang juga melibatkan keluarga dan lingkungan masyarakat. Dengan adanya bekerja sama yang baik dan saling berkolaborasi antara sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat, kita dapat membentuk generasi muda Indonesia yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki karakter yang kuat, serta mampu menjaga kesatuan dan keberagaman bangsa, sebagai upaya nyata untuk menghadapi tantangan global. 

BACA JUGA:Meningkatkan Pembiayaan dari LPBBTI ke Sektor Produktif dan UMKM

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan