Tren PHK Massal Bisnis E-commerce di Indonesia, idEA Optimis akan Tetap Stabil
Prospek bisnis e-commerce di Indonesia.-tangkapan layar---
BELITONGEKSPRES.COM - Bisnis e-commerce di Indonesia sedang menghadapi gejolak ekonomi yang signifikan, seperti terlihat dari fenomena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal yang baru-baru ini menimpa ratusan karyawan Tokopedia TikTok Shop pasca-merger.
Langkah ini diyakini sebagai bagian dari strategi pertumbuhan perusahaan anak usaha ByteDance di sektor e-commerce.
Di sisi lain, Pemerintah China sedang mempersiapkan pengenalan layanan e-commerce baru bernama Temu, yang bertujuan untuk memperluas bisnis e-commerce lintas batas ("cross-border"). Langkah ini merupakan bagian dari rancangan undang-undang baru yang dikeluarkan Pemerintah China pada pekan ini.
Meskipun dengan tantangan tersebut, potensi bisnis e-commerce di Indonesia tetap menjanjikan. Menurut riset dari Google, Temasek, dan Bain & Company pada November 2023, nilai Gross Merchandise Value (GMV) e-commerce Indonesia mencapai US$ 62 miliar pada tahun tersebut, dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 15% menjadi US$ 82 miliar pada 2025.
BACA JUGA:Menanti Android 15: Jawal Rilis dan Perangkat yang Kebagian Duluan
BACA JUGA:Menhub Imbau Setiap Kementerian Lakukan Pengadaan Kendaraan Listrik untuk di IKN
Budi Primawan, Wakil Ketua Umum Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), optimis bahwa transaksi e-commerce di Indonesia akan tetap stabil dan mengalami pertumbuhan positif sepanjang 2024. Dia menambahkan bahwa meskipun transaksi barang tersier mungkin mengalami penurunan, transaksi barang kebutuhan primer di platform e-commerce diperkirakan akan terus tumbuh.
"Hari Belanja Nasional (Harbolnas) dan promo tanggal kembar setiap bulan tetap menjadi pendorong utama transaksi e-commerce di Indonesia," ujar Budi dalam keterangan tertulisnya.
idEA juga menegaskan bahwa fokus utama para pemain e-commerce saat ini adalah meningkatkan kualitas layanan dengan mengedepankan aspek perlindungan konsumen. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir risiko terjadinya perselisihan antara penjual, kurir, dan pembeli produk online di Indonesia.
"Dalam e-commerce, kami berperan sebagai penyedia infrastruktur untuk jual-beli online, dengan tanggung jawab utama kami adalah mempromosikan produk lokal," pungkas Budi.