Pengamalan Pancasila dalam Budaya Digital
Sejumlah warga mengikuti upacara bendera Hari Lahir Pancasila di Lapangan Pancasila, Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (1/6/2024). Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni itu bertemakan Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Ema--
BACA JUGA:Luasnya Peluang Ekspor Durian Indonesia
BACA JUGA:Mewujudkan Layanan Haji Ramah Lansia
Akun instagram Ilaix Moriba, pemain bintang timnas Guinea, yang mencetak gol lewat tendangan penalti diserbu komentar rasis, emoji monyet, dan ragam ekspresi kecewa suporter timnas Indonesia.
Atas peristiwa tersebut, PSSI menyampaikan permintaan maaf secara terbuka ke federasi sepak bola Guinea, memposting poster mengecam aksis rasisme “Tidak ada ruang untuk rasis”, “No discrimination”, "Football unites the world.".
Ini menandakan masih rendahnya tata krama di media sosial, minimnya pemahaman etiket digital, dan pengabaian akan privasi dan hak-hak warga dalam media sosial adalah problem masif yang masih terus mengemuka. Ini seperti bola liar yang tanpa kita sadari dapat mengancam tatanan kehidupan sosial.
Kesadaran nilai Pancasila
Kesadaran akan nilai Pancasila di ruang digital adalah mengembalikan jati diri berdasarkan nilai pokok setiap sila di Pancasila, mulai dari menghormati keyakinan setiap warga dengan cinta kasih.
Tindakan untuk memperlakukan warga lain secara adil dan manusiawi. Serta menjaga persatuan dan relasi harmonis di media sosial dengan mengedepankan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Selain itu, memberi kebebasan setiap individu untuk mengekspresikan pendapat dan komentar dengan tetap berpegang dengan nilai luhur, serta prinsip gotong royong dan kepedulian terhadap nasib hidup orang banyak.
Pancasila menjadi inspirasi kita dalam berperilaku di media digital. Perilaku yang mengarusutamakan Pancasila akan menjadi model bagi netizen. Kita membutuhkan representasi keteladanan yang patut ditiru dan menjadi panutan untuk masa depan.
BACA JUGA:Menjadi Lansia yang Berdaya dan Sehat Dimasa Tua
BACA JUGA:Era Kebangkitan Indonesia di Tengah Turbulensi Ekonomi Global
Albert Bandura, tokoh psikologi dalam teori pembelajaran sosial menyebut bahwa karakter model sangat penting. Kita umumnya meniru orang yang statusnya lebih tinggi, kompeten, dan unggul.
Biasanya anak-anak dan remaja memiliki kemungkinan besar untuk meniru. Semakin besar frekuensi dan fokus dalam modeling, semakin membuat individu mengikuti perilaku yang diobservasi.
Media sosial dan konten youtube harus dijejalkan pada sosok yang menginspirasi, mereka yang memiliki ide cemerlang, berkarakter, punya prinsip hidup yang unik, dan mengharumkan nama Indonesia ke negara lain dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kebangsaan.