Peran Penting Tri Pusat Pendidikan, Wujudkan Indonesia Emas 2045

Ade Kurniawan, Dok Pribadi--

 

Ing  Ngarso Sung tulodo (di depan memberikan teladan),

 

Ing Madyo Mangun  Karso (di tengah-tengah membangun kemauan atau cita-cita),

 

Tut Wuri Handayani (dari belakang memberikan dorongan moral atau semangat)

Kita semua tentunya pernah mendengar semobyan tersebut. Semboyan ini dikemukakan  oleh Bapak Pendidika Indonesia. Beliau adalah Ki Hajar Dewantara, atau juga dikenal sebagai Raden Mas Soewardi Soerjaningrat. Beliau merupakan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh besar dalam pembangunan pendidikan di Indonesia.

BACA JUGA:Rumah Berkonsep 'Pemanenan Air Hujan' Jadi Solusi Banjir Perkotaan

BACA JUGA:Merawat Kebebasan Beragama Melalui Guru

Semboyan tersebut merupakan sebuah semangat untuk kita semua khususnya para guru dalam mendidik dan juga membersamai anak didik di sekolah. Tentunya saat sekarang ini, ketika kita mengimplementasikan merdeka belajar, pesan tersebut dirasa sangatlah relevan. Tidak hanya guru, tetapi juga dibutuhkan peran dari orang tua dan masyarakat.

Hal ini juga sudah dikenalkan oleh Ki Hajar Dewantara melalui konsep Tri Pusat Pendidikan. Konsep ini memiliki tujuan untuk menciptakan sinergi antara keluarga, guru, dan masyarakat dalam mendidik anak. Karena sejatinya setiap pribadi manusia akan selalu berada dan mengalami perkembangan dalam tiga lingkungan pendidikan tersebut. Tiga Pusat Pendidikan inilah yang nantinya akan bertanggungjawab atas terselenggaranya pendidikan.

Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 13 ayat 1 dijelaskan bahwa jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan non formal  yaitu pendidikan yang diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Sedangkan pendidikan informal yaitu yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Selanjutnya, Apa itu Indonesia Emas 2045 ?

BACA JUGA:Memberantas Penyebaran Paham Radikalisme Dibawah Permukaan

BACA JUGA:Penyangga IKN, Kaltim Menuju Industri Parekaf Berkelas Dunia

Pada tahun 2045, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Yaitu suatu kondisi dimana jumlah penduduk  Indonesia 70% diantaranya adalah berada dalam usia produktif. Indonesia Emas 2045 merupakan impian para generasi muda di Indonesia untuk membentuk negara dan bangsa yang mampu bersaing dengan bangsa lainnya, serta bisa menyelesaikan permasalahan mendasar yang terjadi di Tanah Air. Tahun 2045 atau pada 100 tahun kemerdekaan Indonesia diprediksi akan terjadinya Indonesia emas. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terwujudnya Indonesia emas. Salah satunya adalah sumber daya manusia (SDM) terutama para pemuda Indonesia yang mampu dan siap bersaing secara nasional maupun di kancah global. Pemuda Indonesia memiliki peran penting sebagai generasi penerus bangsa. Generasi yang bisa menjadi pemimpin Indonesia dan bisa mengambil keputusan yang tepat  demi kemajuan Negara Indonesia.Hal ini tentu hanya dapat dilakukan melalui pendidikan secara menyeluruh. Tidak hanya bertumpu pada pendidikan di sekolah saja, melainkan harus ada sinergi antara Tiga Pusat Pendidikan yaitu, pendidikan di lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan sekolah, dan pendidikan di lingkungan masyarakat.

Lantas, bagaimana peran Tri Pusat Pendidikan dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045 ?. Pendidikan di lingkungan keluarga. Pendidikan yang pertama dan utama adalah pendidikan di lingkungan keluarga. Hal ini dikarenakan anak pertama kali mendapatkan didikan dan bimbingan. Pendidikan keluarga diletakkan dasar-dasar pengalaman melalui rasa kasih sayang dan penuh kecintaan, kebutuhan kewibawaan dan nilai-nilai kepatuhan. Sebagai orang tua, guru ataupun masyarakat diharapkan kita mampu mengenal dan memaksimalkan potensi yang ada pada anak. Memahami perkembangan anak sejak mereka lahir, kemudian memahami apa kebutuhan mereka dan apa yang harus dipersiapkan untuk masa depannya.

BACA JUGA:IKN sebagai katalis kunci mewujudkan Strategi Hidrogen Nasional

BACA JUGA:Pendidikan yang Memerdekakan

Pendidikan di lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan kedua memberikan bekal pendidikan formal. Memberikan pembinaan intelektual dan ilmu pengetahuan. Sekolah dalam hal ini berfungsi untuk menyiapkan generasi muda yang berpengetahuan, berketerampilan, dan mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan. Sehingga nantinya akan menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat, yang sesuai dengan ketentuan dan tata laku masyarakat yang berlaku seiring dengan tujuan pendidikan seumur hidup.

Pendidikan di lingkungan masyarakat. Di masyarakat mereka diajarkan bagaimana menanamkan tata cara bersosialisasi, adat istiadat, nilai norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pendidikan di masyarakat berlangsung kapan saja dan dimana saja. Memungkinkan anak memisahkan informasi yang positif dan negatif untuk perkembangan dirinya. Masyarakat berperan dalam penyelenggaraan pendidikan non formal, seperti organisasi kepemudaan, karang taruna, dan kursus-kursus lainnya.

Saat sekarang ini generasi muda dihadapkan dengan adanya digitalisasi teknologi yang lajunya sudah tak terbendung. Hal ini bisa menimbulkan dampak negatif untuk generasi muda. Oleh karena itu, peranan tri pusat pendidikan harus bisa mencegah dampak negatif dari perkembangan teknologi. Memberikan contoh yang baik pada generasi muda, mengawasi dan memantau, serta menanamkan standar tata nilai dan norma yang baik kepada mereka akan menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tri pusat pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Terutama dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas. Dalam hal ini adalah generasi muda. Tri Pusat Pendidikan diibaratkan pondasi sebuah bangunan, dimana antara elemennya saling berkaitan dan mempengaruhi. Apabila salah satu elemennya mengalami penurunan, maka hal tersebut akan mempengaruhi pada elemen yang lainnya. Sebaliknya, apabila semua elemennya dapat berperan secara optimal, maka akan dapat menghasilkan suatu bangunan yang kokoh. Pada akhirnya akan tercipta Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul dan berkualitas. Semoga.

*) Oleh : ADE KURNIAWAN, S.Pd

(GURU PENDIDIKAN PANCASILA SMP NEGERI 3 MANGGAR)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan