Sebanyak 3,3% Calon Dokter Spesialis Alami Depresi dan Ingin Bunuh Diri, Ini Penyebabnya
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Mohammad Adib Khumaidi-Menjelaskan tentang isu 3,3% dokter mengalami depresi-Zoom--
"Nah di dalam Undang-Undang yang baru UU Nomor 17 Tahun 2023 tentang kesehatan tidak menyebutkan detail terkait dengan kepentingan peserta didik PPDS terkait dengan insentif," ujarnya.
"Saya kira perlu kemudian mendorong pemerintah pusat, kementerian kesehatan melalui peraturan pemerintahnya untuk kemudian memberikan insentif," tutupnya .
Ahli Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), yang juga seorang ahli onkologi dan spesialis penyakit dalam, Prof. Zubairi Djoerban, juga mengulas isu serupa. Dalam kicauannya yang baru-baru ini, Prof. Zubairi membahas permasalahan bunuh diri di kalangan dokter.
“Izinkan saya beri kabar sebagai KPS IPD 1995-2002 bahwa tidak ada mahasiswa PPDS Penyakit Dalam yang meninggal karena bunuh diri. Dus banyak sekali variabel yang menyebabkan seseorang depresi. Bukan sekadar sistem atau profesi tertentu,” tulis Prof Zubairi.
Prof. Zubairi memberikan contoh, seperti yang terjadi di Inggris, bahwa bunuh diri dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti stres, riwayat keluarga, kehamilan dan persalinan, menopause, kesepian, sakit, dan lain sebagainya.
BACA JUGA:Tim Densus 88 Anti Teror Tanggap 7 Teroris Jaringan Jemaah Islamiyah di Sulawesi Tengah
BACA JUGA:Sampaikan Permohonan Maaf Terbuka, Eks Karutan KPK Terbukti Lakukan Pungli
Data yang Anda temukan mengenai tingginya tingkat depresi di Amerika juga sangat memprihatinkan. Laporan dari bulan Februari 2023, setahun yang lalu, menunjukkan bahwa sebanyak 29% penduduk Amerika pernah mengalami depresi dalam hidup mereka.
Saat ini, angka mereka yang sedang mengalami depresi mencapai 17,8%. Ini adalah angka yang cukup tinggi dan menunjukkan perlunya perhatian serius terhadap masalah kesehatan mental di negara tersebut.
“Bagaimana dengan Indonesia sendiri? Pada berita bulan Oktober 2023 dari Kemenkes menunjukkan bahwa 6,1% penduduk Indonesia dengan usia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental. Saya pun menemukan berbagai berita orang-orang Indonesia yang melakukan bunuh diri. Dari mandor bangunan, Kompol, Perwira Polda, influencer dan lain-lain. Jadi tidak hanya dokter saja,” tulisnya lagi.
Dengan demikian, menurut pendapat Prof. Zubairi, penting bagi kita untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam terkait angka depresi di masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Hal ini diperlukan agar kita dapat mengantisipasi dan memberikan penanganan yang tepat bagi mereka yang membutuhkannya.
Di Amerika, menurutnya, menurunkan angka bunuh diri telah menjadi salah satu parameter kinerja dalam bidang kesehatan.
“Masih ingatkah Anda dengan kasus yang sempat viral ketika seorang netizen Indonesia mengeluh soal hotline layanan kesehatan jiwa atau pencegahan bunuh diri yang tidak kunjung merespons saat dia menghubungi beberapa waktu lalu? Mari berbenah, teliti semua masyarakat, lalu berikan pelayanan yang semestinya kepada mereka yang membutuhkan pertolongan,” tulis Prof. Zubairi.