Menebar Cita Rasa Robusta Kopi Lamaole Pulau Solor

Rumah Hanasta mempromosikan Kopi Lamaole dari Kampung Lamaole, Desa Lewotana Ole, Kecamatan Solor Barat dalam pameran ekonomi kreatif pada Festival Bale Nagi di Larantuka, Flores Timur, NTT sejak tanggal 2 April hingga 6 April 2024. ANTARA/Fransiska Maria--
Pascafestival, kedai kopi dan taman bacaan tersebut menilai pesona kopi tersebut telah menarik hati para pecinta kopi dari seluruh Indonesia. Pesanan dari luar wilayah NTT pun membeludak. Kedai itu kembali menyadari bahwa kehadiran merek kopi itu tak sebatas promosi pada momen festival.
Dengan adanya permintaan yang tinggi, kini pekerjaan rumah utama dari kedai kopi itu adalah memperkuat sisi hulu atau kapasitas petani kopi. Kedai tersebut meyakini pola perawatan dan proses pascapanen yang baik yang akan menentukan mutu kopi.
Dukungan Pemerintah
Tanaman kopi mulai dibudidayakan di Desa Lewotanah Ole pada tahun 1966 di kebun milik pemerintah desa seluas satu hektare dekat areal mata air. Sejak saat itu, Pemerintah Desa Lewotana Ole mengklaim sudah melakukan upaya pengembangan kopi.
Namun, aparat desa menilai hasil kopi, baik dari sisi kualitas dan kuantitas, belum mampu memenuhi standar pasar. Hasil dari kopi itu memang tidak dijual ke luar dalam jumlah besar. Bahkan, produksi kopi dinilai tidak menghasilkan sehingga para petani tidak terlalu fokus mengurus kebun kopi.
BACA JUGA:Pentingnya literasi atasi kriminalitas di era digital
BACA JUGA:Kiat menggunakan THR secara bijak berdasarkan skala prioritas
Pemerintah desa memberikan apresiasi kepada Rumah Hanasta atas dukungan untuk mempromosikan kopi dari Kampung Lamaole sehingga kini bisa dikenal oleh masyarakat luas. Dalam rencana jangka panjang, Pemerintah Desa Lewotanah Ole berkomitmen untuk bekerja sama dengan kedai kopi itu untuk melakukan penguatan kapasitas petani agar dapat menghasilkan kopi yang berkualitas dalam jumlah yang banyak.
Penguatan kapasitas petani yang dimaksud yakni pelatihan bagi para petani kopi dan memenuhi fasilitas yang dibutuhkan oleh petani. Pemerintah Desa Lewotanah Ole menjanjikan adanya anggaran tersebut pada tahun 2025 mendatang. Penguatan sumber daya manusia di sisi hulu dinilai sebagai hal paling penting dari keseluruhan upaya pengembangan kopi ke depan.
Mengubah kesan
Kehadiran Kopi Lamaole secara tiba-tiba mengubah kesan warga luar terhadap Pulau Solor. Wilayah yang sering dianggap gersang dan kering itu ternyata memiliki potensi kopi robusta dengan cita rasa nikmat yang telah menarik minat para pecinta kopi Indonesia.
Pekerjaan rumah besar kini menanti. Di tengah permintaan kopi yang tinggi, ada beberapa hal yang menjadi perhatian bersama yakni penguatan sumber daya manusia di sisi hulu, serta akses jalan dan telekomunikasi pada desa yang berjarak 20 km dari Pelabuhan Podor, Desa Lewohedo, Solor Timur.
Secara umum masyarakat masih kesulitan memasarkan hasil pertanian dengan cepat karena akses jalan yang tak mudah. Jalan rusak dan berlubang masih dijumpai pada beberapa ruas jalan. Tak hanya itu, wilayah tersebut tidak memiliki jaringan Internet sehingga pemasaran digital yang digadang-gadang Pemerintah tentu belum bisa berjalan optimal dan maksimal.
Cita rasa asli
BACA JUGA:Jurus Menjawab Darurat Pangan