OJK Soroti Gap Literasi dan Inklusi Keuangan, Banyak Orang Investasi Hanya Ikut-ikutan
Ilustrasi OJK--antara
BELITONGEKSPRES.COM - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti kesenjangan antara literasi dan inklusi keuangan sebagai tantangan utama dalam pembangunan sektor jasa keuangan nasional. Minimnya pemahaman membuat banyak masyarakat menggunakan produk keuangan tanpa mengetahui manfaat dan risikonya, bahkan membeli produk investasi hanya karena ikut-ikutan.
Analis Senior Akses Keuangan OJK Biena Hairlambang menyebutkan data terbaru menunjukkan tingkat inklusi keuangan di Indonesia mencapai 80 persen, sementara literasi baru berada di kisaran 60 persen. Selisih sekitar 14 persen ini menunjukkan masih banyak masyarakat yang belum memahami produk keuangan yang mereka gunakan.
“Kesenjangan ini berpotensi membuat masyarakat tidak memperoleh manfaat optimal dari berbagai produk jasa keuangan karena penggunaan sering tidak disertai pengetahuan memadai,” ujar Biena, Rabu 3 Desember.
Menurutnya, fenomena masyarakat membeli produk finansial tanpa pemahaman yang cukup, termasuk investasi yang hanya diikuti tren, menjadi perhatian utama. Kondisi ini mendorong OJK untuk memperkuat program literasi agar peningkatan akses keuangan benar-benar berdampak pada produktivitas masyarakat.
BACA JUGA:OJK Dorong Generasi Muda Perdalam Literasi Keuangan dan Berinvestasi Secara Bijak
BACA JUGA:Pentingnya Literasi Keuangan untuk Mengurangi Kemiskinan
Biena menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga jasa keuangan untuk memperluas edukasi literasi keuangan. “Dengan pemahaman yang lebih baik, setiap orang dapat memakai produk sesuai kebutuhan dan tujuan finansial mereka,” tambahnya. (beritasatu)