Hendrya Sylpana

Kiprah Perempuan Papua Kian Menonjol pada Era Otsus

Penjabat Bupati Biak Numfor Sofia Bonsapia tiba di Bandara Frans Kaisiepo. ANTARA/Mushidin--

Saat ini, misalnya, kursi Ketua MRP diduduki seorang perempuan. Jabatan tinggi di lembaga kultural ini sebelumnya diduduki kaum pria, mengingat budaya patriarki yang masih kental. Akan tetapi, ternyata sosok perempuan di pucuk MRP itu dapat membuktikan diri mampu memegang amanat tersebut.

“Jadi, kami berharap akan ada lagi perempuan-perempuan Papua lainnya berkiprah agar dapat menyuarakan aspirasi perempuan sehingga bisa memberikan informasi ke berbagai pihak bagaimana kondisi perempuan dan anak serta bisa menjadi kebijakan ke depan,” ujarnya lagi.

Otsus Angkat Perempuan

Akademikus Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura, Papua, Daniel Womsiwor mengatakan era Otsus pada 2001 hingga 2024 dianggap sebagai satu zaman ketika kaum hawa di berbagai suku di seluruh Tanah Papua mulai memiliki peran penting dalam dunia politik, pembangunan, ekonomi, dan sosial.

Meskipun secara kodrati perempuan memang berbeda dengan pria, perbedaan ini tidak bisa dijadikan pembenar bahwa kaum perempuan itu lemah.

Oleh karena itu, seiring berjalannya waktu, kini perempuan-perempuan tangguh mulai bermunculan sehingga konsep gender dan kesetaraan lebih bisa diterima masyarakat luas.

Munculnya perempuan tangguh saat berjalannya Otsus Papua Jilid Satu menjadikan program kesetaraan gender satu per satu mulai dibahas lalu diimplementasikan.​​​​​​​

BACA JUGA:Ramadhan Momen Mengenalkan Islam di Negeri Kanguru

BACA JUGA:Konsumsi dan Investasi jadi Pemacu Pertumbuhan ekonomi

Gender berhubungan dengan pembedaan peran, status dan kedudukan, serta tanggung jawab juga fungsi serta pembagian kerja dari kaum dianggap lemah dibanding pria.

Untuk itu hadirnya Otsus, kesetaraan gender makin terlihat, kaum perempuan dipandang setara tanpa diskriminasi berdasarkan identitas seksual.

“Salah satu perubahan dihasilkan oleh pemberlakuan Otsus di Tanah Papua adalah lahirnya Zaman 'Komnis',” ujarnya.

Zaman Komnis menurut bahasa Biak berarti kesamaan atau kesetaraan mendapat perlakuan yang sama dan setara tanpa adanya diskriminasi berdasarkan identitas gender, kedudukan, jabatan, hingga pendidikan.

Zaman Komnis merupakan salah satu perubahan dan peradaban yang dihasilkan pada era Otsus Papua.

“... saat ini terciptanya satu zaman baru yang disebut sebagai Zaman Komnis,” katanya yang juga merupakan Kepala Adat Masyarakat Biak Barat- Swandiwe di Tanah Tabi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan