Memitigasi Risiko Keamanan AI Generatif

Pelaku UMKM mencoba aplikasi Gemini dengan gawainya saat mengikuti pelatihan pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) pada program Gemini Academy di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (21/2/2025). Pelatihan yang diinisiasi Ke-Indrianto Eko Suwarso/nym- ANTARA FOTO
Saat sistem AI membanjiri infrastruktur tradisional dengan permintaan otomatis, hal ini dapat menyebabkan kegagalan sistem, fenomena yang dikenal sebagai legacy contamination. Untuk menghindari hasil ini, organisasi harus menerapkan pelatihan adversarial, terus-menerus mengekspos model AI terhadap input yang menyesatkan guna meningkatkan ketahanannya.
BACA JUGA:Membangun Masyarakat Cerdas Finansial Hingga ke Pelosok
Deteksi anomali real-time, baik otomatis maupun manual dapat mengidentifikasi perilaku AI yang tidak biasa, sebelum data yang dimanipulasi memengaruhi responsnya.
Implikasi Kebijakan
Indonesia sebagai negara berkembang dengan tingkat adopsi AI yang meningkat, perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk memitigasi risiko keamanan AI generatif.
Karena itu, ada beberapa kebijakan yang dapat diterapkan. Pertama, regulasi dan standar keamanan AI. Pemerintah Indonesia dapat mengadopsi standar keamanan AI yang ketat, mirip dengan regulasi industri penerbangan untuk memastikan transparansi dan perlindungan data.
Kedua, peningkatan infrastruktur keamanan siber. Investasi dalam keamanan siber harus menjadi prioritas utama. Penggunaan sistem deteksi anomali berbasis AI dapat membantu mencegah serangan siber sebelum terjadi.
BACA JUGA:Efek Sihir TikTok, Siapa Saja Bisa Jadi Selebriti?
Ketiga, audit keamanan rutin. Pemerintah dan perusahaan AI di Indonesia perlu melakukan audit berkala terhadap sistem AI untuk memastikan bahwa model tidak mudah dieksploitasi.
Keempat, pendidikan dan pelatihan keamanan AI. Meningkatkan kesadaran publik dan pelatihan tenaga kerja tentang keamanan AI dapat membantu mencegah serangan berbasis rekayasa sosial.
Kelima, kerja sama internasional. Indonesia dapat bekerja sama dengan negara lain dalam berbagi praktik terbaik dan teknologi keamanan AI guna menghadapi ancaman global.
Seperti halnya industri penerbangan yang membangun kepercayaan publik dengan menerapkan langkah-langkah keamanan yang ketat, industri AI juga harus mengambil langkah serupa untuk mencegah manipulasi, peretasan, dan kegagalan sistem yang berbahaya.
Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memastikan bahwa pengembangan dan adopsi AI generatif tetap aman dan dapat dipercaya. (antara)
*) Dr Aswin Rivai, SE, MM
Pemerhati ekonomi digital dan dosen FEB-UPN Veteran, Jakarta