Kawan Lama

Dahlan Iskan--

BACA JUGA:Bisnis Ilmu

Toko alat pertukangannya itu berlokasi di Pasar Atom. Nama tokonya sama dengan namanya: Toko Wong Jin.

Belakangan toko itu berubah menjadi Zhang You (张友). Dan ketika ada keharusan pakai bahasa Indonesia jadilah toko Kawan Lama.

Pasar Atom sendiri lantas dibangun baru. Namanya juga berubah menjadi Lendeteves. Kini: Pasar Baru.

Wong Jin mengalami kesedihan yang sangat dalam ketika sekolah-sekolah Tionghoa ditutup. Tahun 1966. Orde lama runtuh. Pak Harto berkuasa.

Ia sedih karena tiga anaknya harus meneruskan sekolah ke Tiongkok. Suasana politik di Batavia tidak menentu. Anak wanita yang sudah berangkat dewasa harus diselamatkan.

Kuncoro melihat tiap malam ayahnya menulis surat untuk tiga kakaknya itu.

Sejak itulah Kuncoro merasa jadi anak sulung. Ia memang laki-laki pertama. Umurnya 10 tahun. Kelas 4 SD.

Sejak penutupan sekolah Tionghoa itu Kuncoro 'sekolah' di toko Kawan Lama. Ayahnya yang jadi guru sejatinya. Ia melihat langsung bagaimana ayahnya menjalankan bisnis. Ia belajar banyak.

Begitulah kisahnya mengapa Kawan Lama dimiliki enam bersaudara: Kuncoro dan adik-adiknya. Tiga kakak perempuannya tidak ikut serta. Belakangan mereka memang  pulang ke Indonesia tapi tetap tidak ikut di grup Kawan Lama.

Saya terharu setiap melihat keluarga yang rukun seperti Kuncoro bersaudara. Padahal sangat banyak alasan untuk bertengkar. Apalagi generasi ketiga sudah mulai ikut bekerja.

Saya pun bertanya kepada Kuncoro: apa resepnya. Ia setuju, nilai-nilai keluarga mungkin tidak bisa selamanya dibina. Maka Kuncoro bersaudara melestarikannya dalam sebuah konstitusi keluarga.

Kian banyak pengusaha besar yang memiliki konstitusi keluarga. Maka rukun tidak lagi hanya ketika masih miskin. (Dahlan Iskan)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan