Hanafi, Perawat Warisan Intelektual Sukarno-pastor Belanda di Ende

Kondisi bagian depan Serambi Soekarno di Biara Santo Yosef, Gereja Kristus Raja, Kota Ende, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur tempat dimana sejarah mencatat transformasi intelektual sejarah Sukarno- pastor missionaris SVD-M Riezko Bima Elko Prasetyo-ANTARA

BACA JUGA:Menuju 100 Tahun Modernisasi Kelapa di Indonesia

Biara Santo Yosef berkomitmen untuk memelihara warisan ini, karena kehidupan di Ende tidak hanya diwarnai oleh interaksi dengan para misionaris Katolik, tetapi juga oleh hubungan erat antara SVD dan komunitas Muslim setempat. Di tanah Flores, keberagaman agama telah hidup berdampingan sejak lama. Islam memasuki Ende melalui jalur perdagangan dan dakwah sejak abad ke-16, dengan Masjid Ar-Rabithah sebagai saksi kehadiran dan penyebaran Islam.

Bruder Simplisius menceritakan bahwa kehadiran Sukarno semakin memperkuat keyakinan para frater-bruder di Biara Santo Yosef, untuk menjaga hubungan baik dengan seluruh lapisan masyarakat. Bahkan hingga sekarang, mereka aktif mengirimkan anggota untuk menjadi guru di pondok pesantren atau sekolah umum pemerintah. Salah satunya adalah Pondok Pesantren Walisanga, Ende, yang didirikan Haji Mahfud Ek pada 1981.

Kiprah Biara Santo Yosef memang bukan hanya tentang pendidikan agama, tetapi juga tentang membangun jembatan antarumat. Bruder ingin memastikan bahwa toleransi dan kebersamaan terus terjaga, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Sukarno sebagai bapak proklamator kemerdekaan.

Selain mengirimkan guru ke pesantren, kerja sama lintas agama juga terwujud melalui berbagai kegiatan bersama, seperti perayaan hari besar keagamaan, diskusi antarkelompok, serta program sosial yang melibatkan umat Katolik dan Muslim.

BACA JUGA:Setelah BRICS, Indonesia Kejar Target Gabung ke OECD​​​​

Di Ende toleransi bukan sekadar kata, tetapi sebuah kenyataan yang hidup. Umat Muslim dan Katolik saling mendukung, baik dalam urusan pendidikan, pernikahan, maupun kegiatan keagamaan lainnya.

Sebagai seorang bruder yang ditahbiskan menjadi rohaniwan yang menjalani kaul kemiskinan, selibat dan ketaatan, Hanafi menyakini itulah yang membuat komunitas Katolik di Ende tetap harmonis sampai saat ini, dan menjunjung tinggi kelima butir mutiara Pancasila yang diwariskan Sukarno sebagai landasan berbangsa dan bernegara. (Antara)

Oleh: M. Riezko Bima Elko Prasetyo

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan