Adaptasi Drainase Kota Kuno untuk Atasi Banjir Bekasi

Foto udara luapan air sungai yang merendam perumahan Kemang IFI, Jatirasa, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (4/3/2025). Menurut data BPBD Kota Bekasi terdapat 20 titik banjir di Bekasi akibat luapan sungai di Bekasi dengan ketinggian 20 - 300 cm-Fakhri Hermansyah/agr-ANTARA FOTO

Daerah resapan air jangan begitu saja dibiarkan berubah menjadi kawasan perumahan, sementara jalur air semakin menyempit karena pembangunan yang serampangan.

Hal ini akan menyebabkan saat hujan deras turun, air tak punya tempat untuk pergi selain meluap ke jalanan dan permukiman warga.

Bekasi dan kota besar lainnya di Indonesia bisa mencontoh atau mengadopsi konsep kota spons (sponge city) seperti yang diterapkan di Tiongkok.

Ini berarti membangun lebih banyak ruang terbuka hijau, taman kota yang dapat menyerap air, dan memperluas danau buatan untuk menampung limpahan hujan.

Selain itu, perlu ada regulasi ketat untuk melarang pembangunan di atas lahan resapan dan sempadan sungai.

Kemudian, memperbaiki sistem drainase secara komprehensif. Jangan sampai saluran air yang justru tersumbat karena kurangnya perawatan.

Kota harus memiliki strategi pengerukan sungai dan kali secara rutin, serta membangun drainase berbasis gravitasi yang tidak bergantung sepenuhnya pada pompa.

BACA JUGA:Aksi Nyata Pejuang Sampah di Tengah Tradisi Pasar Dandangan

Selanjutnya, penerapan teknologi smart city harus diakselerasi. Kota-kota di Indonesia juga sebenarnya bisa menggunakan sistem peringatan dini berbasis data untuk memprediksi potensi banjir dan mengantisipasinya sejak awal.

Sensor di berbagai titik bisa membantu mendeteksi kenaikan debit air, dan pemerintah dapat merespons dengan cepat sebelum bencana terjadi.

Namun, yang paling penting adalah mengubah mentalitas masyarakat. Kesadaran akan pentingnya pengelolaan lingkungan harus ditanamkan sejak dini.

Membuang sampah sembarangan bukan hanya mencerminkan kurangnya kesadaran individu, tetapi juga memperlihatkan ketidakpedulian terhadap sesama.

Ketika setiap warga memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungannya, masalah banjir bisa diminimalkan secara signifikan.

BACA JUGA:Mencermati Kasus Pertamax Oplosan

Untuk itu, perlu ada kebijakan berbasis insentif dan disinsentif. Warga yang menjaga lingkungan harus mendapatkan apresiasi, sementara yang merusak harus menerima konsekuensi.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan