Kegiatan Saat Imlek di China, Tak Hanya Mudik dan Terima Angpao
Pengunjung di kawasan gang kuno Nanluoguxiang, distrik Dongcheng, kota Beijing, China sehari sebelum Tahun Baru Imlek pada Selasa (28/01/2025)-Desca Lidya Natalia-ANTARA
Saat malam datang, Sui pun muncul dan mencoba menyentuh kepala sang anak, tapi ternyata delapan koin itu memancarkan cahaya terang dan mengusir Sui. Delapan koin itu ternyata adalah delapan peri. Saat orang tuanya menemukan si anak, peri-peri itu berkata "Jangan khawatir, kami sudah mengusir Sui," kemudian para peri terbang menghilang. Pasangan itu pun memahami bahwa kertas merah yang membungkus koin telah menyelamatkan anak mereka.
Kebiasan membungkus koin di kertas merah pun menjadi tradisi dan disebut "Ya Sui Qian" (压岁钱) atau secara harafiah berarti "Uang pengusir Sui" karena "Sui" terdengar seperti kata "tahun" dalam bahasa Mandarin, maka masyarakat mulai menyebut "Ya Sui Qian" atau uang keberuntungan, sehingga sejak saat itu, memberikan amplop merah sebagai uang "keberuntungan" dari orang tua ke anak-anak menjadi cara agar menjaga anak-anak tetap aman dan membawa keberuntungan.
Belakangan, orang tua dan kakek-nenek juga menerima angpao yang diberikan oleh anak-anak atau cucu mereka yang sudah dewasa sebagai cara untuk mengirimkan keberuntungan, kebahagiaan, dan kesehatan kepada mereka.
Kebiasaan memberi angpao juga sangat bervariasi di berbagai wilayah di China.
BACA JUGA:100 Hari Kerja Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana Alam
Camile, perempuan asal Provinsi Hubei yang sudah menikah dan punya anak mengaku memberikan angpao kepada orang tuanya, anak dan juga keponakan-keponakannya. Jumlah minimal adalah 200 RMB (sekitar Rp450 ribu), sedangkan maksimal adalah 2000 RMB (sekitar Rp4,5 juta).
Meski belum menikah Meng Lei (24 tahun), pria asal Beijing, juga mengeluarkan hingga 1000 RMB (sekitar Rp2,3 juta) saat Tahun Baru Imlek untuk diberikan kepada sepupu-sepupunya.
Ding bercerita, menurut pengalamannya, masyarakat di China bagian selatan memberikan angpao dalam nominal lebih sedikit dibanding China bagian utara.
Saat ia masih di Provinsi Guangdong, masyarakat di sana dapat memberikan angpao senilai 5 RMB kepada sopir taksi atau 20-100 RMB kepada sanak keluarga yang tidak dekat, tapi saat ia sudah tinggal di Beijing, masyarakat cenderung memberi kepada keluarga dekat, tapi dengan nominal yang lebih besar.
Hal itu dibenarkan oleh Dai Hai Yang (37) yang mudik ke Chengdu, Provinsi Sichuan dan mengeluarkan kocek 200 - 10.000 RMB (sekitar Rp23 juta) untuk membagikan angpao.
BACA JUGA:Tukang Gendang, Penjaga Tradisi 'Gawai Penganten' Belitong
3. Festival Kuil
Kegiatan lain yang lazim dilakukan saat Tahun Baru Imlek adalah mendatangi Festival Kuil (庙会, dibaca Miaohui).
Festival kuil adalah perayaan tradisional yang berasal dari kepercayaan Taoisme. Awalnya, sejumlah ritual biasa dilakukan, termasuk pemujaan dewa-dewa, pembakaran dupa, pertunjukan rakyat, hingga arak-arakan patung Budha yang dihias dan kemudian kegiatan itu berkembang menjadi semacam karnaval dengan melibatkan tarian barongsai, opera panggung, pertunjukan akrobatik dan lainnya untuk merayakan tahun baru.
Namun kemudian pada era Dinasti Ming dan Qing, hingga saat ini, perdagangan komersial menjadi bagian penting pada Festival Kuil, sehingga lokasi tersebut berkembang menjadi tempat berkumpulnya para pedagang dan pembeli. Penyebabnya karena kepadatan pengunjung di sekitar kuil, khususnya saat tahun baru, sehingga memberi peluang bagi para pedagang.
Di Beijing, lokasi terkenal Festival Kuil ada di Taman Ditan (sekaligus menjadi lokasi Kuil Bumi) sebagai kuil untuk sembahyang kepada Dewa Bumi dan Kuil Baiyun (Kuil Awan Putih) sebagai kuil Taoisme terbesar di Beijing.