Baca Koran belitongekspres Online - Belitong Ekspres

Tanjung Verde: Dari 'Akar Rumput' ke Piala Dunia 2026

Pemain tim nasional Tanjung Verde merayakan kelolosan mereka ke Piala Dunia 2026--FIFA

FCF pun menyusun peta jalan yang berpusat pada sumber daya manusia. Bagi mereka, inti dari sepak bola adalah para pemain. Oleh sebab itu, semua rencana yang dikeluarkan berpusat pada pesepak bola.

Bakat-bakat muda disaring dari berbagai wilayah kepulauan Tanjung Verde yang luas totalnya sekitar 4.000 kilometer persegi atau kira-kira seluas Kabupaten Bantul di DI Yogyakarta.

BACA JUGA:Keberlanjutan Sawit Indonesia: Peran ISPO dan Tekanan Pasar Global

Itu bukan persoalan mudah karena jumlah penduduk mereka  hanya sekitar 500-an ribu orang yang tersebar di sembilan pulau utama negara tersebut.

Tantangan lain, Tanjung Verde sulit membangun lapangan sepak bola dengan rumput alami karena alasan iklim. Itu yang membuat nyaris semua lapangan sepak bola di sana memakai rumput artifisial termasuk stadion utama mereka, Stadion Nasional.

Akan tetapi, tidak ada yang tidak mungkin. Berbekal sokongan penuh banyak pihak, misalnya FIFA, Konfederasi Sepak Bola Afrika (CAF) dan lembaga nirlaba internasional, negara yang kemerdekaannya dinyatakan pada 5 Juli 1975 itu berbenah.

FCF menginvestasikan modalnya, dari mereka sendiri dan bantuan pihak lain, untuk mencari dan mengasah bakat pesepak bola belia, serta memekarkan renovasi berbagai infrastruktur pendukung. Lapangan-lapangan didirikan

Hasilnya, pada tahun 2013, timnas Tanjung Verde yang berjuluk Blue Sharks atau Hiu Biru untuk pertama kalinya masuk ke putaran final Piala Negara-Negara Afrika (AFCON) dan bertarung sampai perempat final. Hasil yang mengejutkan banyak orang saat itu mengingat Tanjung Verde adalah tim yang berada di peringkat 182 FIFA pada tahun 2000.

BACA JUGA:Menakar Evaluasi Menyeluruh Laporan Belanja Perpajakan

Setelah itu, Tanjung Verde bermain lagi di AFCON 2015, 2021 dan 2023, lalu gagal lolos kualifikasi untuk edisi 2025.

Berdasarkan data terbaru, Tanjung Verde bertengger di posisi ke-70 FIFA, situasi yang membuat mereka disegani di Afrika dan dunia.

"Masa depan Blue Sharks tampak cerah karena pondasi kokoh yang dibangun FCF. Kami mengubah tim nasional dari skuad yang dipandang sebelah mata menjadi patut diperhitungkan di Afrika, bahkan menjadi contoh dan inspirasi bagi asosiasi sepak bola lain. Masih banyak memang yang harus dilakukan tetapi kami yakin kami berada tidak terlalu jauh dari visi kami," kata Sekretaris Jenderal FCF Dan Merkel, seperti tertulis dalam laman CAF.

Di Tanjung Verde juga digelar liga sepak bola sebagai wadah kompetisi pemain, yang disebut The Guardian masih bersifat semiprofesional, tetapi banyak pemain potensial mereka yang berkarier di luar negeri.

BACA JUGA:Sinergi Ekonomi Syariah Menyukseskan Makan Bergizi Gratis

Keinginan untuk mendapatkan penghasilan tinggi dan kehidupan lebih baik menjadi alasan eksodus tersebut. Apalagi, Tanjung Verde kerap dilanda kekeringan dan berbagai bencana alam.

Piala Dunia 2026

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan