Sport Tourism Pilar Baru Ekonomi yang Menjanjikan
Sejumlah pembalap melakukan pemanasan sebelum pertandingan Aquabike Jetski World Championship 2025 Grand Prix Of Indonesia kategori Ski Division GP1 putaran pertama di Danau Toba, Balige, Kabupaten Toba, Sumatra Utara-Fransisco Carolio-ANTARA FOTO
Selain event internasional seperti MotoGP, kekayaan olahraga tradisional Indonesia juga berpotensi besar dikembangkan sebagai atraksi wisata yang unik. Tradisi Pacu Jalur di Riau misalnya, setiap tahun mampu menyedot lebih dari 20 ribu penonton dengan perputaran uang yang ditaksir mencapai Rp50 miliar di wilayah Kuantan Singingi.
BACA JUGA:Interoperabilitas: Tantangan Modernisasi TNI Mengawal Asta Cita
Perhelatan budaya-olahraga semacam ini tidak hanya menjaga kearifan lokal, tetapi juga menghadirkan peluang ekonomi nyata bagi pedagang, pengrajin, hingga penyedia jasa pariwisata di daerah. Dengan pengemasan yang profesional serta dukungan promosi digital, olahraga tradisional bisa naik kelas menjadi magnet sport tourism layaknya festival budaya dunia yang sudah mapan.
Kontribusi ekonomi sport tourism sangat luas dan mencakup banyak sektor. Dari sisi pariwisata, peningkatan kunjungan wisatawan secara langsung menambah devisa negara, di mana sektor pariwisata pada 2024 sendiri sudah menyumbang sekitar 4 persen terhadap PDB nasional.
Dari sisi ekonomi kreatif, sport tourism menjadi wadah strategis untuk mendorong nilai tambah produk kreatif lokal seperti merchandise, kuliner khas, seni pertunjukan, hingga fashion. Pemerintah bahkan memproyeksikan nilai tambah ekonomi kreatif mencapai Rp1.502,77 triliun pada 2024, dengan ekspor produk ekraf hingga Rp401 triliun serta penyerapan tenaga kerja lebih dari 26 juta orang. Artinya, sport tourism terhubung langsung dengan penciptaan lapangan kerja dan penguatan daya saing industri kreatif nasional.
Ke depan, kebijakan perekonomian pemerintah yang berfokus pada kawasan ekonomi kreatif, destinasi pariwisata prioritas, dan event internasional perlu mengintegrasikan sport tourism sebagai salah satu pilar utamanya. Pengembangan infrastruktur, kemudahan perizinan event, hingga promosi global harus berjalan beriringan dengan pemberdayaan komunitas lokal.
BACA JUGA:ELTC, Strategi Mencetak Lapangan Kerja Lewat Insentif Pajak
Media promosi
MotoGP Mandalika sudah menjadi contoh nyata bagaimana sport tourism mampu mengangkat daerah menjadi sorotan dunia. Penyelenggaraan MotoGP Mandalika di Nusa Tenggara Barat tidak hanya menjadi tontonan kelas dunia, tetapi juga mendatangkan ribuan wisatawan mancanegara dan domestik.
Mandalika yang sebelumnya relatif kurang dikenal kini menjelma menjadi destinasi wisata global. Hotel, homestay, restoran, hingga transportasi lokal mengalami lonjakan permintaan. UMKM lokal yang menjual makanan khas, kain tenun, dan kerajinan tangan mendapat keuntungan besar. Bahkan, kawasan Mandalika menjadi salah satu simbol percepatan pembangunan infrastruktur di luar Jawa, mulai dari bandara, jalan bypass, hingga fasilitas kesehatan.
MotoGP Mandalika membuktikan bahwa sport tourism mampu mempercepat pemerataan pembangunan. Dengan menempatkan olahraga sebagai pintu masuk, destinasi wisata baru dapat dikembangkan sehingga tidak hanya Bali yang menjadi pusat pariwisata internasional di Indonesia.
Selain event olahraga modern berskala internasional, Indonesia juga memiliki olahraga tradisional yang potensial dikembangkan dalam bingkai sport tourism. Salah satunya adalah Pacu Jalur, perlombaan mendayung perahu panjang yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
BACA JUGA:Mendorong Geografi Sebagai Fondasi Strategis Terwujudnya Asta Cita
Pacu Jalur telah menjadi tradisi tahunan yang mampu menyedot perhatian ribuan wisatawan. Pacu Jalur bukan sekadar kompetisi, tetapi juga perayaan budaya. Wisatawan yang hadir tidak hanya menikmati adu cepat perahu di Sungai Kuantan, tetapi juga menyaksikan kesenian rakyat, kuliner khas, hingga kerajinan lokal.
Setiap kali ajang ini digelar, hotel dan penginapan penuh, warung makan ramai, dan pasar tradisional bergeliat. Dampak ekonominya langsung dirasakan oleh masyarakat lokal. Jika dikemas dengan strategi promosi modern, Pacu Jalur berpotensi menjadi atraksi internasional layaknya Dragon Boat Festival di Tiongkok. Hal ini membuktikan bahwa sport tourism tidak harus selalu berupa event olahraga modern, tetapi bisa pula berbasis tradisi yang unik dan sarat nilai budaya.
Melihat pengalaman tersebut, bisa dikatakan bahwa sport tourism memiliki keunggulan sebagai alat promosi destinasi wisata.