Keempat, guru wajib menjadi benteng moral, menjauhkan anak didik dari banjir nafsu akibat teknologi digital. "Mèpèr Hardaning Pancadriya" (Kita harus selalu menekan gelora nafsu-nafsu). Realita negatif, bagaimana remaja menjadi korban dan sebagian menjadi pelaku penyimpangan nafsu, guru harus memiliki perhatian lebih dalam untuk mengajarkan akan pentingnya ajaran "mèpèr hardaning pancadriya".
Kelima, guru perlu memiliki ilmu kesadaran dan spiritualitas serta mampu mengajarkan kepada peserta didik. Ingat, Sunan Drajat juga pernah berpesan tentang ajaran "Heneng-Hening-Henung" (Dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan, dalam keadaan hening itu kita akan mencapai cita-cita luhur).
Akhirnya, mari di peringatan HGN dan BGN 2024, dengan menjadikan momentum besar ini untuk terus menggali nilai-nilai luhur masa lalu yang dapat dimanfaatkan sebagai media penanaman karakter luhur generasi bangsa. Kreativitas guru dibutuhkan untuk mampu memungut nilai dari sejarah masa lalu, direkonstruksi, dan dikreasikan menjadi materi dan metode penanaman nilai dan karakter yang sangat dibutuhkan di era hiperteknologi dan penuh disrupsi dewasa ini.
Tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat” yang dicanangkan di perayaan HGN tahun ini dapat dimulai dengan penggalian nilai sosial ajaran Sunan Drajat di ruang-ruang pembelajaran.
Oleh: Dr. Sutejo, M.Hum, dosen di lingkungan LLDIKTI VII Jawa Timur, tinggal di Ponorogo.