BELITONGEKSPRES.COM - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menunjukkan komitmennya untuk mendukung inovasi dalam sektor pertanian dengan memfasilitasi izin edar biostimulan berbasis rumput laut yang diproduksi oleh Koperasi Mina Agar Makmur di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Izin edar ini merupakan izin untuk pupuk organik yang didaftarkan melalui Kementerian Pertanian, bertujuan memberikan jaminan perlindungan lingkungan, mutu, efektivitas, dan kepastian produk yang beredar di pasar.
Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP, Budi Sulistiyo, menjelaskan bahwa kementeriannya akan membantu menanggung biaya yang diperlukan untuk pengurusan izin ini. "Kami ingin izin edar dapat diproses dengan cepat, sehingga dapat digunakan oleh masyarakat umum," ujarnya saat ditemui di Karawang.
Kehadiran KKP tidak hanya sebatas memberikan dukungan administratif, tetapi juga mencakup pembinaan, perizinan, dan kolaborasi lintas lembaga untuk memberdayakan pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan. Diharapkan, langkah kolaboratif ini akan menarik investasi dan mitra bagi Koperasi Mina Agar Makmur, khususnya dalam pengembangan biostimulan rumput laut jenis glacilaria.
BACA JUGA:KPK Selidiki Proses Jual-Beli Gas antara PGN dan IAE, 3 Saksi Diperiksa
BACA JUGA:Presiden Jokowi Berkunjung ke IKN untuk Hadiri Nusantara TNI Fun Run
Ketua Koperasi Mina Agar Makmur, Usup Supriyatna, mengakui tantangan yang dihadapi dalam memperluas pemasaran biostimulan rumput laut ini. Proses pengurusan izin edar di Kementerian Pertanian memerlukan biaya yang cukup besar, mencapai sekitar Rp45 juta, yang menjadi kendala dalam distribusi produk. Saat ini, koperasi mampu memproduksi 1.000 liter biostimulan per bulan, namun hanya dipasarkan terbatas kepada 70 anggota koperasi.
Biostimulan ini dijual seharga Rp20.000 per liter dan telah diuji coba pada berbagai komoditas perikanan, seperti ikan sidat, udang windu, dan ikan bandeng.
Peneliti Ahli Utama dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jamal Basmal, menjelaskan bahwa biostimulan berbasis rumput laut yang ia teliti mampu menguraikan sisa pakan, menjaga kualitas air, dan meningkatkan pertumbuhan serta daya tahan ikan. "Sebagai prebiotik, biostimulan ini membantu mengurangi feses ikan, sehingga mengurangi amonia dan meningkatkan kesehatan ikan," tuturnya.
BACA JUGA:Terbongkar! Alasan di Balik Kebijakan SHP dan Instruksi 030 dalam Kasus Korupsi Timah
BACA JUGA:Penting Sebelum Daftar PPPK 2024, Ini Cara Cek Nama di Database BKN
Sejak 2012, Jamal telah melakukan penelitian tentang potensi rumput laut, yang mencapai 9,2 juta ton per tahun di Indonesia, namun pemanfaatannya dalam industri baru mencapai 5,4 juta ton. Dengan demikian, terdapat sekitar 3 hingga 4 juta ton rumput laut yang belum dimanfaatkan.
Ia berharap pemanfaatan biostimulan ini dapat mendorong perkembangan pangan organik di Indonesia yang bebas dari pestisida dan bahan kimia, sekaligus meningkatkan kualitas hasil pertanian dan perikanan. (ant)