BELITONGEKSPRES.COM - Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) sedang mengupayakan penerapan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus untuk agregator, yang memiliki peran strategis dalam membantu pelaku usaha mikro agar dapat berkembang melalui rantai pasok yang lebih terintegrasi. Agregator diharapkan mampu menjadi jembatan antara usaha mikro dengan usaha besar dan menengah.
Temmy Satya Permana, Pelaksana Tugas Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM, menjelaskan dalam konferensi pers di Jakarta bahwa agregator akan berfungsi sebagai off-taker, menampung produk dari pelaku usaha mikro dan menjadi bagian dari rantai pasok.
“Pembiayaan agregator ini nilainya di atas Rp500 juta, dengan harapan dapat membantu usaha mikro yang menjadi bagian dari rantai pasok mereka,” ujar Temmy.
Peran Penting Agregator dalam Ekosistem Usaha Mikro
Temmy menekankan pentingnya kehadiran agregator untuk mendorong usaha mikro agar lebih mudah masuk ke pasar.
BACA JUGA:Investasi Asing Meningkat: Modal Masuk ke Pasar Saham Indonesia Capai Rp52,75 Triliun
BACA JUGA:Pertamina Patra Niaga Luncurkan Program Trade-In Tabung Gas Bagi Pelaku Usaha Non UMKM
Usaha mikro seringkali menghadapi kesulitan untuk berkembang secara mandiri tanpa dukungan dari pihak yang lebih besar. Agregator berperan untuk menciptakan ekosistem usaha yang lebih kuat dan memungkinkan penetrasi pasar yang lebih efektif.
“Usaha mikro tidak bisa maju sendirian. Mereka perlu dukungan dari agregator agar bisa terhubung dengan pasar yang lebih besar dan memiliki ekosistem yang lebih stabil,” jelas Temmy.
Kajian dan Kerja Sama dengan Berbagai Pihak
Kemenkop UKM telah menugaskan Asisten Deputi Pembiayaan dan Investasi Usaha Kecil dan Menengah, Ali Manshur, untuk mengkaji kemungkinan penerapan skema KUR agregator.
Diskusi dan kajian ini melibatkan berbagai pihak, seperti perbankan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan pemerintah, dengan tujuan merumuskan kebijakan yang bisa segera diterapkan. Targetnya, skema ini diharapkan bisa menjadi bagian dari KUR yang didorong oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada akhir tahun ini.
BACA JUGA:Melindungi UMKM: Kemenkop UKM Larang Aplikasi TEMU Beroperasi di Indonesia
BACA JUGA:Strategi Kemenkop UKM untuk Memperkuat UMKM saat Daya Beli Masyarakat Menurun
Contoh Kesuksesan Model Agregator
Temmy memberikan contoh keberhasilan agregator dalam memberdayakan usaha mikro, seperti Du Anyam di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang telah membantu perempuan pengrajin anyaman lontar untuk menembus pasar internasional.
Dengan dukungan agregator, usaha mikro ini bisa menghasilkan produk berkualitas yang sesuai dengan standar pasar global.
Agregator tidak hanya membantu memasarkan produk, tetapi juga memastikan kualitas melalui kurasi dan pembinaan.
“Usaha mikro harus mengikuti standar yang ditetapkan oleh agregator. Ini memastikan produk mereka dapat diterima di pasar, sementara agregator yang berurusan langsung dengan konsumen,” ujar Temmy.