Mentan Sebut 58 Negara Mengalami Kesulitan Pangan, Apa Dampaknya bagi Indonesia dan Upaya Mengatasinya

Sabtu 28 Sep 2024 - 16:46 WIB
Reporter : Erry Frayudi
Editor : Erry Frayudi

BELITONGEKSPRES.COM - Krisis pangan global menjadi ancaman serius bagi banyak negara di dunia, meskipun Indonesia saat ini belum termasuk dalam daftar tersebut. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, sektor pertanian Indonesia bisa terdampak dan berpotensi mengalami kesulitan pangan di masa depan.

Peringatan ini disampaikan oleh Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, saat menghadiri HUT ke-26 dan Rakernas ke-20 Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) di Jakarta pada Sabtu, 28 September.

“Kita sedang menghadapi krisis pangan dan energi secara global, dan sektor pangan kita juga menghadapi tantangan,” ujar Amran.

Amran menegaskan bahwa ancaman krisis pangan bukan hanya dialami oleh 58 negara yang sudah tercatat mengalami kesulitan pangan, tetapi juga oleh negara-negara yang selama ini menjadi pemasok beras global, yang produksinya kini mengalami penurunan drastis.

BACA JUGA:PGN Komitmen Pasok Gas Bumi Berkelanjutan untuk Sektor Kelistrikan Nasional

BACA JUGA:BI Catat Aliran Modal Asing Keluar Rp 9,73 Triliun

Sebagai contoh, Vietnam, salah satu negara produsen beras terbesar, mengalami penurunan produksi akibat fenomena El Nino. Di Indonesia, El Nino beberapa tahun terakhir juga berdampak signifikan, bahkan disebut sebagai yang terburuk sejak kemerdekaan.

"Kita menghadapi kondisi di mana lahan pertanian yang sudah siap ditanami, tidak bisa digunakan karena hujan tidak turun," ungkapnya.

Situasi ini membuat sebagian masyarakat Indonesia mengalami kesulitan dalam mendapatkan beras. Pada awal tahun, masyarakat terpaksa mengantre untuk membeli beras, dan penjualannya dibatasi karena stok yang menipis. Hal ini terus berlanjut hingga bulan Februari, dan setelah ditelusuri, salah satu penyebabnya adalah pengurangan alokasi pupuk bersubsidi.

Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah memutuskan untuk merevisi kebijakan terkait pupuk bersubsidi, menaikkan alokasinya hingga sekitar 9 juta ton. Langkah lain yang diambil adalah pompanisasi, yaitu mengalirkan air dari sungai-sungai besar seperti Bengawan Solo dan Brantas ke sawah-sawah yang kekeringan.

BACA JUGA:Harga Beras di Indonesia Tinggi, Prabowo Diminta Segera Tunjuk Kepala Bapanas yang Kompeten

BACA JUGA:Pemerintah Rencanakan Tambah Utang Baru Rp 775 Triliun di Era Prabowo

Berbagai upaya tersebut mulai membuahkan hasil ketika memasuki bulan Maret, dan stok beras kembali normal. Hingga Lebaran dan seterusnya, kondisi pasokan pangan dapat dipertahankan. Amran memastikan bahwa suplai pupuk akan terus dijaga untuk memenuhi kebutuhan pertanian di tahun mendatang.

Ketua Umum PSMTI, Wilianto Tanta, juga menyatakan dukungannya terhadap program-program pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan. Ia menekankan pentingnya peran sektor pertanian dalam menghadapi tantangan ini dan siap membantu pemerintah dalam mengimplementasikan kebijakan pertanian yang berkelanjutan.

“Kami siap mendukung program pemerintah, termasuk program pemerintahan baru Prabowo-Gibran nantinya,” ungkap Wilianto. Ia menegaskan bahwa PSMTI akan selalu siap membantu ketika negara membutuhkan, khususnya dalam upaya meningkatkan sektor pertanian.

Kategori :