BELITONGEKSRES.COM - Ada anggapan bahwa bodi mobil listrik lebih cepat rusak dibanding baterainya. Menurut sebuah studi dari Geotab, ternyata hal ini bukan isapan jempol.
Dalam penelitian tersebut, Geotab menemukan bahwa pabrikan mobil listrik lebih fokus mengembangkan durabilitas baterai ketimbang bodi mobil.
Mereka benar-benar mendalami riset tentang baterai agar bisa bertahan lama, bahkan hingga 20 tahun.
Sayangnya, hal ini tidak dibarengi dengan pengembangan di bagian bodi kendaraan. Alhasil, bodi mobil listrik seringkali mengalami kerusakan lebih cepat daripada baterainya.
BACA JUGA:Wuling Air EV Lite Long Range Meluncur: Mobil Listrik Ramah Kantong Jangkauan 300 Km
BACA JUGA:Ponsel Terbaru Xiaomi 14T Siap Meluncur di Indonesia, Ini Bocoran Spesifikasinya!
Penelitian ini melibatkan 1.000 mobil listrik dan menghasilkan angka rata-rata degradasi baterai hanya sekitar 1,8% per tahun.
Sebagai perbandingan, di tahun 2019 angka ini berada di 2,3%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mobil listrik memang sangat fokus untuk membuat baterai yang lebih awet.
Tidak heran jika baterai mobil listrik dapat bertahan hingga belasan tahun tanpa masalah serius.
Sementara itu, menurut Geotab, sebagian besar bodi mobil listrik mungkin sudah mengalami kerusakan lebih dulu, padahal baterainya masih dalam kondisi prima.
"Jika rata-rata degradasi baterai hanya 1,8% per tahun, maka setelah 12 tahun, baterai masih memiliki lebih dari 80% kesehatan. Itu melebihi umur rata-rata kendaraan yang biasanya hanya sekitar 15 tahun," ungkap Geotab dikutip dari Electrek, Jumat 20 September 2024.
BACA JUGA:Optimisme Menhub: Potensi Kereta Cepat Whoosh Tembus Surabaya
BACA JUGA:Tupperware: Dari Brand Ikonik ke Ambang Kebangkrutan di Usia 78 Tahun
Namun, bukan berarti mobil listrik tanpa kelemahan. Meskipun teknologi baterainya maju, bodi mobil listrik rentan terhadap kerusakan mekanis.
Sama seperti mobil berbahan bakar bensin, banyak kendaraan listrik juga menunjukkan tanda-tanda aus sebelum mencapai usia 20 tahun.