BELITONGEKSPRES.COM - Penurunan jumlah kelas menengah di Indonesia selama kurun waktu 5 tahun terakhir ternyata jangan dianggap hal biasa.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kelas menengah di Indonesia berkurang 9,48 juta dalam rentang 2019-2024.
Persoalannya, penurunan ini bukan hanya soal ekonomi kelas menengah tetapi juga berdampak pada sosial dan politik di Indonesia.
Meskipun sebenarnya, kondisi berkurangnya kelas menengah juga terjadi di negara-negara lain bahkan negara yang berstatus negara maju.
BACA JUGA:Media Asing Soroti Penurunan 9,5 Juta Kelas Menengah Indonesia, Apa Penyebabnya?
Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) Yorga Permana, penurunan jumlah penghuni kelas menengah banyak dampak negatif.
"Ini terjadi di hampir semua negara, di Amerika juga terjadi. Terdapat kajian yang menyebutkan dari 1971 hingga hari ini kelas menengah mereka turun," ujar Yorga, dikutip pada 10 September 2024.
Ia mencontohkan Amerika yang kehilangan kelas menengah justru menimbulkan sikap populisme di kalangan masyarakat. Sehingga sosok presiden kontroversial Donald Trump bisa terpilih.
Pendapat serupa juga dilontarkan ekonom senior Bustanul Arifin yang menilai kelas menengah yang tidak sejahtera akan membayangi negara dari upaya revolusi.
BACA JUGA:Menjaga Kelas Menengah untuk Ekonomi yang Stabil
Kondisi itu sering terjadi di negara-negara Amerika lain seperti Venezuela, Kolombia dan Panama. Kekurangan kelas menengah di negara-negara tersebut seringkali menimbulkan ketidakpastian politik.
"Itu dari pengalaman negara latin, kelas menengahnya bolong, kalau turun terlalu jauh kita ngeri revolusi," ujar Bustanul.
Kembali ke Indonesia, terungkap bahwa turunnya jumlah kelas menengah merupakan alarm yang menandai negara makin jauh dari predikat sejahtera.
Persoalannya adalah negara tidak pernah memperhatikan penurunan kelas menengah dan malah sibuk dengan bicara pengurangan angka kemiskinan. Padahal kemiskinan yang disebut berkurang itu karena ada intervensi dari pemerintah berupa bantuan sosial rutin.
BACA JUGA:BPS Ungkap Pandemi Covid-19 Memicu Penurunan Kelas Menengah ke Aspiring Middle Class