JAKARTA, BELITONGEKSPRES.COM - Menjelang lengsernya Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Indonesia dihadapkan pada kabar buruk di awal September 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data yang menunjukkan penurunan signifikan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) dan Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia.
Meskipun IHK secara tahunan masih menunjukkan inflasi sebesar 2,21 persen, namun deflasi 0,03 persen bulan Agustus mengindikasikan penurunan daya beli masyarakat yang cukup mengkhawatirkan.
Ditambah lagi, PMI manufaktur yang berkontraksi selama dua bulan berturut-turut mencapai posisi terendah sejak Agustus 2021 lalu.
BACA JUGA:Kenapa Warga RI Kini Sulit Belanja? Ini Faktor Penurunan Disposable Income
BACA JUGA:Anggaran 2025 Lebih Sedikit, Menteri BUMN Minta Tambah
Kinerja buruk ini menjadi catatan kelam di akhir masa kepemimpinan Jokowi, menambah kompleksitas tantangan ekonomi yang harus dihadapi pemerintah yang akan datang.
Secara tahunan (yoy), IHK memang masih naik atau mengalami inflasi 2,21 persen di bulan Agustus. Namun secara month to month (mtm) IHK turun dengan deflasi sebesar 0,03 persen.
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini mengatakan deflasi 4 bulan terakhir menjadi anomali besar bagi Indonesia.
Hal ini terjadi setelah 25 tahun berlalu sejak krisis moneter di tahun 1999. Ini juga menandai deflasi empat bulan berturut-turut sejak era reformasi.
BACA JUGA:Mendobrak Batas Kontinental: HLF-MSP 2024 Bali Jadi Momentum Transformasi Indonesia-Afrika
BACA JUGA:Waspada Penipuan di Aplikasi M-Banking: Kenali Modus-modus Terbarunya
"Deflasi pada bulan Agustus 2024 lebih rendah dibandingkan dengan Juli 2024, menjadikannya deflasi keempat sepanjang tahun 2024," kata Pudji Ismartini, Senin 2 September 2024.
Deflasi juga menjadi kekhawatiran tersendiri karena ada pelemahan daya beli masyarakat. Masa waktu 4 bulan berurutan tentu menguatkan indikasi bahwa pelemahan tersebut sedang terjadi dan masyarakat tidak baik-baik saja sebagai dampak labilnya ekonomi.
Selain IHK, PMI manufaktur juga berkontraksi selama dua bulan beruntun, yakni Juli dan Agustus. Saat ini, PMI manufaktur posisinya paling rendah semenjak Agustus tahun 2021.