Bersatu Mencegah Krisis Pangan

Rabu 31 Jul 2024 - 21:57 WIB
Oleh: Muhammad Harianto

BACA JUGA:Mengurai Jerat Judi 'Online' yang Memelaratkan

Seluruh insan pertanian harus turun langsung ke lapangan dan pengadaan pompa tidak boleh melebihi dua minggu. Kekeringan saat ini dianggap sebagai kekeringan terparah karena menghadapi El Nino terpanjang dalam sejarah.

Kolaborasi dengan gubernur dan bupati sangat penting agar sawah-sawah kering dapat segera diproduksi kembali. Koordinasi melalui telepon terkait penyedotan air sungai juga telah dilakukan oleh Mentan dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Seluruh Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) di Indonesia diminta untuk segera bergerak memasang semua pompa dengan target mencapai 2 juta lahan mulai dari nol. Total pompanisasi yang sudah termanfaatkan di seluruh Indonesia mencapai 20.559 unit atau seluas 582.528 hektare.

Angka tersebut kemungkinan akan bertambah seiring adanya tambahan dan pemasangan pompa baru. Saat ini, kegiatan pompanisasi juga sejalan dengan perluasan areal tanam atau PAT di seluruh Indonesia.

BACA JUGA:Fengshui, Ilmiah atau Takhayul?

Kementan menargetkan setidaknya 1 juta hektare lahan sawah dengan rincian 500 ribu hektare di daerah Pulau Jawa dan sisanya di luar Jawa yang akan diairi melalui pompanisasi. Jika dihitung secara rinci, 500 ribu hektare akan mampu menghasilkan 2,5 juta ton gabah dengan rata-rata produksi 5 ton per hektare.

Sehingga diharapkan semua bergerak cepat untuk membantu petani yang saat ini sangat membutuhkan bantuan dan pertolongan. Pompanisasi sebagai langkah penting dalam menjaga produksi pangan di tengah kekeringan yang melanda.

Langkah itu  sebagai bentuk respons cepat terhadap situasi krisis pangan yang sedang dihadapi. Sehingga diharapkan seluruh pihak terkait dapat bekerja sama dalam mengatasi tantangan itu.

Percepatan pemasangan pompa air diharapkan  dapat mengatasi krisis pangan yang disebabkan oleh kekeringan panjang.  Kementan menargetkan bisa menghasilkan 700 ribu ton hingga 1 juta ton setara beras hingga Desember 2024.

BACA JUGA:Peran Otonomi Daerah dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Siaga pangan

Mentan mengemukakan, saat ini setidaknya ada 22 negara di dunia yang menghentikan ekspor komoditas pangan, termasuk Uganda, Rusia, Bangladesh, dan Pakistan. Hal ini menjadi perhatian serius karena sebelumnya Indonesia bisa mengandalkan impor untuk mengatasi kekurangan pangan, namun kini keran impor ditutup rapat oleh sejumlah negara.

Mentan baru saja kembali dari Vietnam dan bertemu dengan perdana menteri negara tersebut, menyatakan bahwa  Vietnam kini juga mengalami kekurangan beras hingga 2,8 juta ton akibat fenomena El Nino.

Oleh karena itu, Mentan meminta  seluruh jajarannya untuk bersiaga selama lima bulan ke depan hingga Desember 2024 untuk meningkatkan kembali produktivitas pertanian Indonesia dan mewujudkan swasembada pangan.

BACA JUGA:Manfaat IKD dalam Pemutakhiran Data Pemilih di Wilayah Pemekaran

Tags :
Kategori :

Terkait