BELITONGEKSPRES.COM - Masalah yang timbul akibat serangan terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) oleh ransomware Braincipher Lockbit 3.0, yang terjadi sejak Kamis 20 Juni lalu, masih berdampak serius.
Serangan ini tidak hanya mengganggu layanan publik, seperti Direktorat Jenderal Imigrasi, tetapi juga menyoroti kelemahan dalam keamanan siber Indonesia.
Ketakutan semakin meningkat setelah laporan terbaru menyebutkan bahwa data sensitif dari Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI dan Indonesia Automatic Finger Identification System (Inafis) Polri telah bocor dan dijual di dark web.
Informasi ini muncul melalui akun @FalconFeedsio, yang menyebutkan pelaku peretasan dengan nama Samaran Moonz Haxor menuntut tebusan hingga USD 7.000 dolar.
BACA JUGA:PPATK akan Melaporkan Anggota DPR Terlibat dalam Judi Online ke MKD
BACA JUGA:Pemerintah Pertimbangkan Kenaikan Harga BBM Non-subsidi untuk Juli
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Letjen TNI Hinsa Siburian menjelaskan bahwa data yang bocor tersebut merupakan data lama yang tidak terbarui. Meskipun demikian, hal ini menimbulkan kekhawatiran atas kelemahan sistem keamanan siber nasional.
Tim Siber TNI dan pihak berwenang terus melakukan koordinasi untuk mengklarifikasi lebih lanjut mengenai insiden ini, sementara netizen menyoroti pentingnya peningkatan pertahanan siber di Indonesia di masa mendatang. (jpc)