BACA JUGA:Suzuki Jimny 3-Door Mendapat Recall, Penggantian Fuel Pump Seperti di Autralia
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengimbau masyarakat untuk tetap tenang menghadapi dampak guncangan geopolitik global yang sedang terjadi.
“Ketenangan dan rasionalitas dari masyarakat, serta koordinasi antar-otoritas terkait, merupakan faktor kunci dalam menghadapi dinamika perekonomian global yang saat ini terjadi,” ujar Dian dalam keterangan resmi.
Menurutnya, sejauh ini, penguatan dolar AS terjadi terhadap seluruh mata uang secara global, tercermin dari Dollar Index yang mencatatkan tren kenaikan sejak akhir Maret 2024.
Beberapa faktor yang memengaruhi penguatan dolar AS antara lain adalah kebijakan suku bunga high for longer yang masih berlanjut di tengah kuatnya perekonomian AS namun bersamaan dengan laju inflasi AS yang masih cukup jauh dari target 2 persen.
Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan The Fed yang menyatakan belum akan terburu-buru menurunkan suku bunga dan akan terus melihat perkembangan data-data perekonomian ke depan.
Sementara itu, meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah pasca konflik langsung antara Iran dan Israel telah menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi perang yang lebih luas, yang dapat memberatkan perekonomian global.
BACA JUGA:Pemerintah Resmi Cabut Aturan Pembatasan Barang Bawaan Pekerja Migran dari Luar Negeri
BACA JUGA:Mitsubishi Triton Terbaru Siap Diperkenalkan di Indonesia pada Agustus 2024
Khususnya, ada kekhawatiran akan kenaikan harga komoditas energi dan mineral utama, serta biaya logistik yang meningkat karena gangguan pada jalur perdagangan utama akibat konflik di Timur Tengah dan Rusia-Ukraina.
Peningkatan ketegangan geopolitik dan ketidakpastian global ini mendorong para pelaku pasar untuk mencari safe haven asset, salah satunya adalah dolar AS, yang menguat lebih lanjut sebagai akibatnya.
Di sisi lain, perekonomian domestik juga terpengaruh oleh situasi geopolitik eksternal, seperti yang tercermin dari data inflasi Indonesia Maret 2024.
Inflasi tercatat sebesar 0,52 persen (mtm) atau 3,05 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan 2,75 persen (yoy) pada Februari 2024, meskipun masih berada dalam rentang target yang ditetapkan.