Tanjung Verde: Dari 'Akar Rumput' ke Piala Dunia 2026

Selasa 14 Oct 2025 - 20:54 WIB
Oleh: Michael Siahaan

Kamerun berada di posisi kedua Grup D dengan 19 poin (lima menang, empat seri, satu kalah) dan harus melalui putaran kedua kualifikasi demi satu tempat di Piala Dunia 2026. Grup D, selain Tanjung Verde dan Kamerun, juga dihuni oleh Libya, Angola, Mauritius, dan Eswatini.

BACA JUGA:Di Balik Sidang Majelis Umum PBB, Solusi Dua Negara dan Prabowo-Trump

Dari catatan The Athletic, satu-satunya pemain timnas Tanjung Verde yang berkarier di salah satu dari lima liga top Eropa adalah Logan Costa yang merumput untuk Villareal di Liga Spanyol. Namun, Logan Costa dalam kondisi cedera sehingga tidak dapat bermain untuk timnas sejak akhir Mei 2025.

Pemain Tanjung Verde lainnya datang dari beragam liga berbeda yaitu di Portugal, Turki, Siprus, Israel, Hungaria, Bulgaria, Rusia, Finlandia, Republik Irlandia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

The Guardian menyebut, dari 25 nama yang dipanggil untuk memperkuat tim nasional Tanjung Verde pada dua laga terakhir Grup D Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Afrika, 11 di antaranya merupakan penduduk asli dan tinggal di Tanjung Verde sementara sisanya diaspora.

Pencarian pemain diaspora dengan dua kewarganegaraan itu diungkap The Guardian terjadi sejak tahun 2002.

Berkat tangan dingin sang pelatih Pedro "Bubista" Leitao Brito, seluruh pemain timnas Tanjung Verde dapat padu. Pedro, mantan kapten tim nasional Tanjung Verde, selalu menekankan nilai-nilai budaya dan identitas negaranya ke semua pemain.

BACA JUGA:Sport Tourism Pilar Baru Ekonomi yang Menjanjikan

"Persatuan di antara pemain yang memiliki pola pikir dan jalan hidup berbeda hanya dapat dicapai dengan menghormati keunikan masing-masing," kata Pedro, seperti disiarkan  The Guardian.

Bubista ditunjuk menjadi pelatih Tanjung Verde sejak awal 2020. Sebelum menjadi juru taktik, pria yang lahir di dan berkewarganegaraan Tanjung Verde itu memperkuat tim nasional negaranya selama 14 tahun.

Dia merajut perjalanannya sebagai pesepak bola di Angola dan Spanyol. Pelatih berusia 55 tahun itu mengawali pengalaman manajerialnya saat menjadi asisten pelatih timnas Tanjung Verde pada tahun 2007.

Para pemain Tanjung Verde sepakat bahwa Bubista merupakan pelatih yang bagus. Bek tengah Tanjung Verde Roberto "Pico" Carlos Lopes menyebut Bubista sebagai sosok pemersatu.

"Dia manajer dan pribadi yang hebat, sangat dihormati di Tanjung Verde karena kemampuannya. Dia berhasil menyatukan semua pemain yang memang ingin berjuang untuk Tanjung Verde. Dia tidak pernah memedulikan di mana anda bermain atau anda bermain dengan siapa. Yang penting adalah sikap dan bagaimana anda membaur dengan tim. Karena itulah saya memberikan segalanya untuk tim nasional," kata Pico, pemain yang lahir dan dibesarkan di Irlandia, kini memperkuat klub Shamrock Rovers di Liga Irlandia, kepada Skysports.

BACA JUGA:IMEI: Benteng Digital Pengguna Ponsel di Era Keamanan Siber

Langkah Tanjung Verde ke Piala Dunia 2026 tentu meninggalkan jejak yang dapat diikuti oleh banyak negara lain, termasuk Indonesia.

Perhatian total kepada pemain muda di akar rumput, kesadaran akan pentingnya infrastruktur memadai dan perekrutan pemain diaspora yang berkualitas serta memiliki daya juang untuk negara mungkin bisa menjadi beberapa hal yang patut diteladani. (ant)

Kategori :